
Lumayan! Mulai Cicil Utang, Fitch Angkat Rating APLN
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 October 2019 14:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat utang international, Fitch Ratings (Fitch), memutuskan untuk menaikkan peringkat utang PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) sebanyak 1 notch, yakni dari 'CCC-' menjadi 'CCC+'.
Fitch juga memberikan peringkat yang sama pada surat utang yang diterbitkan oleh anak perusahaan, APL Realty Holdings Pte. Ltd dengan nilai pokok pinjaman sebesar US$ 300 juta dan tingkat bunga 5,95% yang akan jatuh tempo pada 2024.
Meskipun demikian, patut dicermati bahwa peringkat 'CCC+' belum masuk kategori layak investasi karena mengindikasikan peluang riil akan adanya gagal bayar.
Melansir laporan Fitch hari ini (4/10/2019) keputusan untuk menaikkan peringkat utang APLN seiring dengan pembayaran total utang sebesar Rp 1,2 triliun yang jatuh tempo pada 30 September 2019.
Selain itu, perusahaan juga melakukan pelunasan lebih cepat atas pinjaman ke PT Bank Maybank Indonesia Tbk senilai Rp 750 miliar yang jatuh tempo Desember 2019 dan obligasi domestik senilai Rp 550 miliar yang jatuh tempo pada Maret 2020.
APLN mampu melunasi utang-utang tersebut karena telah menerima pendanaan di muka pada 26 September 2019 sebesar Rp 800 miliar dari pemegang saham pengendali, yaitu Trihatma Kusuma Haliman dan Keluarga.
Perusahaan juga memperoleh fasilitas pinjaman sebesar US$ 127 juta atau setara Rp 1,77 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dengan jangka waktu pinjaman 18 bulan dan menggunakan Mall Central Park sebagai agunan. Fasilitas ini diperoleh dari Credit Opportunities II Pte. Limited dan kreditor lain yang difasilitasi oleh Madison Pacific Trust Limited.
Lebih lanjut, Fitch mengestimasi arus kas operasional APLN akan tetap negatif dalam 18-24 bulan mendatang karena aliran kas masuk dibatasi oleh beban biaya konstruksi dari banyaknya proyek properti kelas menengah ke atas. Pasalnya, permintaan tidak akan pulih secara signifikan seiring dengan sentimen investasi yang cenderung stagnan.
Meskipun begitu capaian presales diharapkan mulai pulih pada paruh kedua tahun ini didorong oleh proyek perkotaan di Bandung senilai Rp 900 miliar. Selain itu proyek tahap lanjut (advance-stage project) APLN juga diestimasi menarik minat pembeli, sehingga berpotensi membantu mempercepat penjualan.
Sementara itu, APLN menyampaikan sedang dalam tahap diskusi dengan pembeli potensial untuk salah satu proyek properti, di mana perusahaan berekspektasi untuk membukukan transaksi di akhir tahun ini.
Jika benar penjualan dapat disepakati, akan menopang likuiditas perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas operasional dalam 2 tahun ke depan, sekaligus mengurangi beban utang.
Akan tetapi, estimasi transaksi ini tidak diperhitungkan Fitch dalam laporannya karena kapan transaksi tersebut dapat dicatatkan masih penuh dengan tanda tanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Parah! Rating APLN Tambah Jadi Sampah & Kesulitan Likuiditas
Fitch juga memberikan peringkat yang sama pada surat utang yang diterbitkan oleh anak perusahaan, APL Realty Holdings Pte. Ltd dengan nilai pokok pinjaman sebesar US$ 300 juta dan tingkat bunga 5,95% yang akan jatuh tempo pada 2024.
Meskipun demikian, patut dicermati bahwa peringkat 'CCC+' belum masuk kategori layak investasi karena mengindikasikan peluang riil akan adanya gagal bayar.
Melansir laporan Fitch hari ini (4/10/2019) keputusan untuk menaikkan peringkat utang APLN seiring dengan pembayaran total utang sebesar Rp 1,2 triliun yang jatuh tempo pada 30 September 2019.
APLN mampu melunasi utang-utang tersebut karena telah menerima pendanaan di muka pada 26 September 2019 sebesar Rp 800 miliar dari pemegang saham pengendali, yaitu Trihatma Kusuma Haliman dan Keluarga.
Perusahaan juga memperoleh fasilitas pinjaman sebesar US$ 127 juta atau setara Rp 1,77 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dengan jangka waktu pinjaman 18 bulan dan menggunakan Mall Central Park sebagai agunan. Fasilitas ini diperoleh dari Credit Opportunities II Pte. Limited dan kreditor lain yang difasilitasi oleh Madison Pacific Trust Limited.
Lebih lanjut, Fitch mengestimasi arus kas operasional APLN akan tetap negatif dalam 18-24 bulan mendatang karena aliran kas masuk dibatasi oleh beban biaya konstruksi dari banyaknya proyek properti kelas menengah ke atas. Pasalnya, permintaan tidak akan pulih secara signifikan seiring dengan sentimen investasi yang cenderung stagnan.
Meskipun begitu capaian presales diharapkan mulai pulih pada paruh kedua tahun ini didorong oleh proyek perkotaan di Bandung senilai Rp 900 miliar. Selain itu proyek tahap lanjut (advance-stage project) APLN juga diestimasi menarik minat pembeli, sehingga berpotensi membantu mempercepat penjualan.
Sementara itu, APLN menyampaikan sedang dalam tahap diskusi dengan pembeli potensial untuk salah satu proyek properti, di mana perusahaan berekspektasi untuk membukukan transaksi di akhir tahun ini.
Jika benar penjualan dapat disepakati, akan menopang likuiditas perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas operasional dalam 2 tahun ke depan, sekaligus mengurangi beban utang.
Akan tetapi, estimasi transaksi ini tidak diperhitungkan Fitch dalam laporannya karena kapan transaksi tersebut dapat dicatatkan masih penuh dengan tanda tanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Parah! Rating APLN Tambah Jadi Sampah & Kesulitan Likuiditas
Most Popular