
Nyali Belum Ciut, Reli Obligasi RI Masih Berlanjut

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan menguat-nya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 1,9 basis poin (bps) menjadi 7,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 4 Okt'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 3 Okt'19 (%) | Yield 4 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 3 Okt'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.677 | 6.683 | 0.60 | 6.6488 |
FR0078 | 10 tahun | 7.26 | 7.241 | -1.90 | 7.2313 |
FR0068 | 15 tahun | 7.701 | 7.693 | -0.80 | 7.69 |
FR0079 | 20 tahun | 7.845 | 7.842 | -0.30 | 7.8277 |
Sumber: Refinitiv
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 570 bps, menyempit dari posisi kemarin 572 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 0,5 bps hingga 1,54% dari posisi kemarin 1,53%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.029,91 triliun SBN, atau 38,66 % dari total beredar Rp 2.664 triliun berdasarkan data per 2 Oktober.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 136,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,89 triliun dan sejak akhir September masih surplus Rp 520 miliar.
Risiko Tinggi, Ramai-ramai Borong Obligasi
[Gambas:Video CNBC]
Angka kepemilikan tersebut turut menjadi rekor tertinggi sepanjang masa yang baru, setelah melampaui rekor sebelumnya secara beruntun sejak awal pekan ini.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,51% dan 0,24%.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, mayoritas masih mengalami penguatan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif ancaman resesi dunia dan terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 3 Okt'19 (%) | Yield 4 Okt'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.05 | 6.98 | -7.00 |
China | 3.163 | 3.155 | -0.80 |
Jerman | -0.584 | -0.59 | -0.60 |
Prancis | -0.286 | -0.29 | -0.40 |
Inggris | 0.474 | 0.48 | 0.60 |
India | 6.657 | 6.606 | -5.10 |
Jepang | -0.189 | -0.211 | -2.20 |
Malaysia | 3.29 | 3.288 | -0.20 |
Filipina | 4.627 | 4.64 | 1.30 |
Rusia | 7.03 | 7.02 | -1.00 |
Singapura | 1.686 | 1.666 | -2.00 |
Thailand | 1.43 | 1.49 | 6.00 |
Amerika Serikat | 1.536 | 1.541 | 0.50 |
Afrika Selatan | 8.245 | 8.25 | 0.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor