
Selepas 5 Hari Puasa, Akhirnya IHSG Berbuka Juga

IHSG mampu menguat seiring dengan koreksi yang sudah terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Seperti yang sudah disebutkan di halaman sebelumnya, IHSG selalu terkoreksi dalam lima hari perdagangan sebelumnya. Jika ditotal, koreksi dalam lima hari perdagangan tersebut mencapai 3,08%.
Koreksi yang sudah begitu dalam tersebut praktis membuka ruang bagi pelaku pasar untuk mengakumulasi saham-saham di tanah air, salah satunya saham-saham konsumer.
Hingga berita ini diturunkan, indeks sektor barang konsumsi menguat 0,02%. Tipis memang, namun setidaknya saham-saham konsumer tak dilego seperti yang kita lihat dalam lima hari perdagangan sebelumnya.
Dalam 5 hari terakhir, saham-saham konsumer terus dilego pelaku pasar seiring dengan anggapan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada di posisi yang lemah.
Pada hari Selasa, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode September 2019. Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,27% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) berada di level 3,39%.
Deflasi tersebut lebih dalam dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia yang memproyeksikan deflasi sebesar 0,15% saja secara bulanan.
Sebelumnya pada periode Agustus, BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,49%. Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.
Untuk diketahui, tanda-tanda lemahnya daya beli masyarakat juga sudah ditunjukkan oleh indikator lain.
Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), penjualan barang-barang ritel periode Juli 2019 tercatat hanya tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.
Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.
Sebagai catatan, sudah sedari bulan Mei pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%.
Namun begitu, analisis dari kami memang menunjukkan bahwa secara keseluruhan, bisa dikatakan bahwa daya beli masyarakat Indonesia tetap kuat, walaupun tambahan kekuatannya sudah tak sebesar dulu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)