
Di Tengah Isu Resesi, Pegang Dolar AS Tetap Paling Cuan
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 October 2019 14:55

Dolar Australia
Kondisi ekonomi Negeri Kanguru terus memburuk. Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sampai harus memangkas suku bunga tiga kali di tahun ini, pada bulan Juni, Juli, dan 1 Oktober kemarin.
Inflasi yang rendah, tingkat pengangguran yang meningkat, serta pasar properti yang lesu membuat RBA belum akan berhenti memangkas suku bunga. Dengan tiga kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin, tingkat suku bunga kini berada di level 0,75%, menjadi yang terendah sepanjang sejarah.
Bahkan saat ini muncul isu jika bank sentral pimpinan Philip Lowe ini akan menerapkan kebijakan moneter unconventional seperti di Eropa dan Jepang. Dampaknya, dolar Australia melemah 3,88% sepanjang kuartal III.
Dolar Singapura
Negeri Merlion terancam resesi. Perang dagang AS-China yang berlarut-larut membuat arus perdagangan global tersendat, dan Singapura menjadi salah satu yang terkena dampak negatif.
Ekonomi Singapura terlalu bergantung pada ekspor, sehingga ketika lalu lintas perdagangan global tersendat akibat perang dagang, laju perekonomian Negeri Singa juga terpukul.
Pada kuartal I-2019, ekonomi Singapura tumbuh 1,1%. Pada kuartal berikutnya, ekonomi melambat signifikan hingga hanya tumbuh 0,1%.
Pemerintah Singapura sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya tahun ini menjadi 0%-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5%-2,5%.
Rupiah
Pada periode Juli-September 2019, rupiah melemah 0,46%. Kinerja rupiah bisa dibilang tidak terlalu mengecewakan.
Rupiah mengawali kuartal III dengan apik, pada 15 Juli sudah mencatat penguatan 1,7% dan mencapai titik terkuat satu tahun di level Rp 13.885/US$.
Namun setelahnya rupiah berbalik melemah hingga ke Rp 14.350/US$ pada 6 Agustus. Kemudian rupiah sempat perkasa lagi dan menguat ke Rp 13.980/US$ pada pertengahan September.
Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dalam tiga bulan berturut-turut, serta pemangkasan suku bunga The Fed menjadi salah satu penggerak utama rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Kondisi ekonomi Negeri Kanguru terus memburuk. Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) sampai harus memangkas suku bunga tiga kali di tahun ini, pada bulan Juni, Juli, dan 1 Oktober kemarin.
Bahkan saat ini muncul isu jika bank sentral pimpinan Philip Lowe ini akan menerapkan kebijakan moneter unconventional seperti di Eropa dan Jepang. Dampaknya, dolar Australia melemah 3,88% sepanjang kuartal III.
Dolar Singapura
Negeri Merlion terancam resesi. Perang dagang AS-China yang berlarut-larut membuat arus perdagangan global tersendat, dan Singapura menjadi salah satu yang terkena dampak negatif.
Ekonomi Singapura terlalu bergantung pada ekspor, sehingga ketika lalu lintas perdagangan global tersendat akibat perang dagang, laju perekonomian Negeri Singa juga terpukul.
Pada kuartal I-2019, ekonomi Singapura tumbuh 1,1%. Pada kuartal berikutnya, ekonomi melambat signifikan hingga hanya tumbuh 0,1%.
Pemerintah Singapura sudah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonominya tahun ini menjadi 0%-1% dibandingkan proyeksi sebelumnya 1,5%-2,5%.
Rupiah
Pada periode Juli-September 2019, rupiah melemah 0,46%. Kinerja rupiah bisa dibilang tidak terlalu mengecewakan.
Rupiah mengawali kuartal III dengan apik, pada 15 Juli sudah mencatat penguatan 1,7% dan mencapai titik terkuat satu tahun di level Rp 13.885/US$.
Namun setelahnya rupiah berbalik melemah hingga ke Rp 14.350/US$ pada 6 Agustus. Kemudian rupiah sempat perkasa lagi dan menguat ke Rp 13.980/US$ pada pertengahan September.
Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dalam tiga bulan berturut-turut, serta pemangkasan suku bunga The Fed menjadi salah satu penggerak utama rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular