Emas Dunia Melesat di Q3, Apa Kabar Harga Emas Antam?

Putu Agus Pransuamitra & Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 October 2019 07:24
Emas Dunia Melesat di Q3, Apa Kabar Harga Emas Antam?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja harga logam mulia emas dunia di kuartal III 2019 memang kinclong. Tercatat dalam kurun waktu 3 bulan terakhir atau sejak Juli hingga September 2019, harga emas dunia sudah melesat 6,35%.

Harga emas dunia di pasar spot pada awal Juli 2019 mencapai US$ 1.384/troy ons (oz). Harga tersebut sudah tergolong tinggi dibandingkan dengan harga emas pada dua kuartal awal 2019 yang bergerak di rentang US$ 1.270,29-1.422,85/troy ons.

Pada Juli harga emas global di pasar spot mencapai level tertinggi pada 18 Juli 2019 yakni US$ 1.446/troy ons. Harga kembali mencetak rekor tertingginya pada 27 Agustus mencapai US$ 1.542,39/troy ons.



Harga emas ternyata masih ogah turun dan kembali mencetak rekor harga tertingginya pada 4 September lalu ke level US$ 1.552,35/troy ons. Setelah itu harga emas mulai terkapar. Namun harga emas belum turun kembali ke level harga tertinggi di bulan Juli.



Harga emas yang cenderung menanjak naik di sepanjang kuartal ke III 2019 mencerminkan adanya risiko ekonomi global yang nyata. Pemantiknya apalagi kalau bukan perang dagang raksasa ekonomi dunia, AS-China.

Perang dagang yang terjadi antara keduanya dalam kurun waktu lebih dari satu tahun terakhir ini memang sangat berdampak pada perekonomian global. Dampak perang dagang yang terjadi bukan main-main mulai dari rantai pasok global yang terganggu hingga menyeret ke dunia ke dalam jurang resesi yang menganga.


Konflik dagang antara dua negara tersebut kembali memanas di bulan Agustus lalu. China mengumumkan bahwa pihaknya akan membebankan bea masuk bagi produk impor AS senilai US$ 75 miliar.

Lebih lanjut, China juga mengenakan tarif 25% terhadap produk mobil pabrikan AS dan 5% untuk komponen mobil yang efektif berlaku pada 15 Desember. Kebijakan ini sebelumnya telah dihentikan sejak April lalu. Namun kembali diberlakukan.

Tak mau kalah AS balik membalas dengan meningkatkan tarif impor dari 25% menjadi 30% untuk produk impor asal Negeri Tirai Bambu sebesar US$ 250 miliar.

Selain perang dagang AS-China yang bikin seluruh dunia khawatir, ancaman resesi global juga sudah menunjukkan tanda-tanda yang bikin ketar-ketir juga. Wabah resesi sudah mulai menjangkiti Eropa. Sebut saja Jerman, Inggris dan Italia yang terancam masuk ke dalam jurang resesi yang mengerikan.

Ancaman perlambatan ekonomi global tersebut yang membuat investor buru-buru memindahkan asetnya dari yang berisiko tinggi ke aset-aset safe haven seperti emas. Ketika resesi terjadi risk appetite investor global jadi menurun. Alhasil emas jadi diburu dan harganya jadi melambung tinggi seperti sekarang ini.


LANJUT KE HALAMAN 2: Berkah emas Antam

Kenaikan harga emas global juga turut mengerek instrumen investasi yang dinilai seksi dalam negeri. Apalagi kalau bukan emas yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) alias emas Antam.

Pada awal Juli 2019, harga emas Antam di gerai Butik Emas LM Pulau Gadung adalah Rp. 650.000/gram. Harga melambung tinggi hingga di tutup ke level Rp. 712.000/gram di akhir September secara point-to-point.

Itu artinya dalam kurun waktu 3 bulan terakhir harga emas Antam naik Rp. 62.000 atau terapresiasi hingga 9,54%. Kenaikan yang lebih tinggi daripada emas global.

Secara harian, pada perdagangan Selasa kemarin, 1 Oktober 2019, harga emas Antam justru anjlok Rp 10.000 (1,4%) menjadi Rp 70.200 per gram dari Rp 712.000 per gram Senin kemarin. Koreksi harga emas Antam pagi kemarin juga menjadi pelemahan terdalam harga instrumen investasi tersebut sejak awal Agustus.

Turunnya harga emas Antam itu mengekor tersungkurnya harga emas di pasar spot global yang melemah Senin kemarin.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga turun Rp 11.000 per gram hari ini menjadi Rp 672.000 per gram dari Rp 683.000 per gram kemarin.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut. 


Dolar menguat
Turunnya harga emas Antam itu mengekor harga emas di pasar spot global yang turun akhir pekan lalu karena penguatan dolar AS. Penguatan greenback, sebutan lain dolar AS, dipicu oleh kekhawatiran eskalasi perang dagang AS-China yang mereda dan mendorong penguatan dolar AS.

Menguatnya dolar AS membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi investor asing yang tidak memegang greenback. Pasalnya emas global dibanderol dalam dolar AS dan ketika harga emas menjadi mahal maka cenderung mengerek turun permintaan. Dolar AS naik yang terwakili oleh angka Dollar Index yang sudah naik menjadi 99,49 dari posisi 99,33 pada akhir pekan lalu. 

Dollar Index mencerminkan posisi greenback, nama lain dolar AS, secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia yaitu yen Jepang, poundsterling Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Posisi Dollar Index juga menjadi posisi yang tertinggi sejak April 2017.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas) Next Article 2 Hari Menguat, Akankah Penguatan Harga Emas Berlanjut?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular