Garuda-Sriwijaya Rujuk, Soal Utang Bayarnya Gimana?

Monica Wareza, CNBC Indonesia
01 October 2019 15:03
Prioritas utama setelah kerja sama keduanya membaik adalah memperbaiki kembali operasional Sriwijaya.
Foto: Sriwijaya Air (Detik Finance)

Tangerang, CNBC Indonesia - PT Garuda Indonesia (Persero Tbk (GIAA) atau Garuda Indonesia Group, melalui anak usahanya PT Citilink Indonesia, akhirnya melanjutkan kerja sama manajemen (KSM) dengan Sriwijaya Group (Sriwijaya Air dan NAM Air) setelah sempat terjadi kisruh perjanjian antara kedua maskapai penerbangan ini.

Namun pihak Garuda Group menyebutkan saat ini persoalan utang yang yang dimiliki Sriwijaya Air Group kepada Garuda belum dalam tahap pembahasan.

Prioritas utama setelah kerja sama keduanya membaik adalah memperbaiki kembali operasional dan maintenance dari pesawat yang dimiliki oleh Sriwijaya Air dan NAM Air.


VP Corporate Communication Citilink Indonesia Fariza Astriny mengatakan saat ini fokus utama kerja sama ini adalah memperbaiki operasional Sriwijaya. Dia mengemukakan belum ada pembahasan mengenai utang yang harus dibayarkan Sriwijaya baik kepada Garuda Indonesia Group maupun BUMN lainnya.

"Mungkin belum sampai ke situ [utang], yang penting sekarang ada willingness dulu untuk memperbaiki operasional Sriwijaya," kata Fariza kepada CNBC Indonesia, di Garuda City Center Kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (1/10/2019).

Sebagai informasi, sebelum kerja sama Garuda-Sriwijaya terjalin, Sriwijaya punya beban tanggungan ke beberapa BUMN di antaranya PT Pertamina sebesar Rp 942 miliar, PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI) atau anak usaha Garuda Rp 810 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk sebanyak Rp 585 miliar, utang spare parts US$ 15 juta, dan kepada PT Angkasa Pura II Rp 80 miliar, serta PT Angkasa Pura I sebesar Rp 50 miliar.


Mengutip laporan keuangan konsolidasi Garuda Indonesia per Juni 2019 lalu, total piutang grup ini ke Sriwijaya Air bernilai sebesar US$ 118,79 juta atau setara dengan Rp 1,66 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari akhir Desember 2018 yang senilai US$ 55,39 juta (Rp 775,55 miliar).

"Keberlanjutan KSM ini sejalan dengan pertemuan GIAA Grup dan pemegang saham Sriwijaya difasilitasi Kementerian BUMN beberapa waktu lalu dan berikan arahan keberlangsungan KSM ini," kata Juliandra Nurtjahjo, Dirut Citilink, yang menjadi perwakilan Garuda dalam konferensi pers bersama di Cengkareng, Tangerang, Selasa (1/10/2019).

"Dengan kesepakatan ini kami pihak GIAA Grup dan Sriwijaya berharap dengan komitmen dan momen baik ini dapat jadi titik apa namanya atau
turning point kita komitmen senantiasa, pertama kedepankan safety kelaikan dari pesawat Sriwijaya menjadi prioritas," katanya lagi.

 


(tas/tas) Next Article Sriwijaya Air Disarankan Setop Operasi, Ini 10 Alasannya

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular