
AS-China Bisa Panas Lagi, IHSG Awali Hari di Zona Merah

Dari dalam negeri, kinerja IHSG dibebani oleh kekhawatiran yang menyelimuti rilis angka inflasi periode September 2019. Data ini akan dirilis esok hari (1/10/2019) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada periode Agustus 2019, BPS mencatat terjadi inflasi 0,12% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) berada di level sebesar 3,49%.
Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.
Rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada di level yang relatif rendah. Apalagi, saat ini tanda-tanda lemahnya daya beli masyarakat sudah sangat terlihat.
![]() |
Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) pada bulan lalu, penjualan barang-barang ritel periode Juli 2019 hanya tercatat tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.
Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.
Sebagai catatan, sudah sedari Mei 2019 pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%.
Dikhawatirkan, rilis angka inflasi esok hari akan kembali berada di posisi yang lebih rendah dari ekspektasi dan semakin mengonfirmasi lemahnya daya beli masyarakat Indonesia.
Hingga berita ini diturunkan, indeks sektor barang konsumsi terkoreksi sebesar 0,51%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)