
AS-China Bisa Panas Lagi, IHSG Awali Hari di Zona Merah

Data perdagangan mencatat, pada pukul 09:30 WIB, indeks saham acuan di Indonesia tersebut terkoreksi 0,62% ke level 6.158,36.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan di zona merah. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei jatuh 0,39%, indeks Shanghai melemah 0,13%, indeks Hang Seng turun 0,18%, dan indeks Straits Times terkoreksi 0,47%.
![]() |
Sumber tersebut menyebut bahwa salah satu opsi yang mungkin diambil adalah memblokir seluruh investasi keuangan dari AS terhadap perusahaan-perusahaan asal China.
Restriksi tersebut dimaksudkan untuk melindungi investor asal AS dari risiko yang berlebihan yang mereka tanggung, seiring dengan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh China terhadap perusahaan-perusahaan di sana.
Sebelumnya, Bloomberg memberitakan bahwa para pejabat pemerintahan AS mempertimbangkan opsi untuk men-delisting perusahaan-perusahaan asal China yang melantai di AS. Langkah ini dimaksudkan guna membatasi aliran modal portofolio dari investor asal AS ke perusahaan-perusahaan asal China.
Lebih lanjut, AS juga mempertimbangkan untuk melarang dana pensiun dari pegawai pemerintah untuk diinvestasikan ke pasar keuangan China.
Pemberitaan ini muncul kala kedua negara akan segera menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi di Washington. Melansir Bloomberg, Kementerian Perdagangan China menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertandang ke AS selepas tanggal 7 Oktober guna memimpin delegasi China.
Sebelumnya, seperti dilansir dari CNBC International yang mengutip tiga orang sumber yang mengetahui masalah tersebut, negosiasi dagang tingkat tinggi antara AS dan China akan digelar selama dua hari, yakni pada tanggal 10 dan 11 Oktober.
Sekedar mengingatkan, sebelumnya hubungan AS-China di bidang perdagangan telah berangsur-angsur membaik. Pada pekan lalu, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Beijing telah membeli kedelai dan daging babi asal AS dalam jumlah yang cukup besar menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara.
Pengumuman ini merupakan sebuah perubahan sikap yang signifikan dari pihak China, mengingat pada bulan lalu Beijing memutuskan untuk menghentikan seluruh pembelian produk agrikultur asal AS.
Jika perang dagang kembali tereskalasi, dikhawatirkan bahwa perekonomian AS dan China akan mengalami yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 - > Rilis Angka Inflasi Bikin Grogi
Dari dalam negeri, kinerja IHSG dibebani oleh kekhawatiran yang menyelimuti rilis angka inflasi periode September 2019. Data ini akan dirilis esok hari (1/10/2019) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada periode Agustus 2019, BPS mencatat terjadi inflasi 0,12% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) berada di level sebesar 3,49%.
Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.
Rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada di level yang relatif rendah. Apalagi, saat ini tanda-tanda lemahnya daya beli masyarakat sudah sangat terlihat.
![]() |
Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) pada bulan lalu, penjualan barang-barang ritel periode Juli 2019 hanya tercatat tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.
Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.
Sebagai catatan, sudah sedari Mei 2019 pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%.
Dikhawatirkan, rilis angka inflasi esok hari akan kembali berada di posisi yang lebih rendah dari ekspektasi dan semakin mengonfirmasi lemahnya daya beli masyarakat Indonesia.
Hingga berita ini diturunkan, indeks sektor barang konsumsi terkoreksi sebesar 0,51%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Duh! IHSG Merah di Awal 2020 & Transaksi Ambles
