Usai Babak Belur Karena Gelombang Demo, IHSG Mulai Bangkit

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 September 2019 12:32
Usai Babak Belur Karena Gelombang Demo, IHSG Mulai Bangkit
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini, Kamis (26/9/2019) dengan apresiasi sebesar 0,36% ke level 6.168,67, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum pernah merasakan pahitnya zona merah.

Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut menguat 0,71% ke level 6.189,91.

Data perdagangan mencatat, saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,85%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,13%), PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+3,06%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,69%), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+0,98%).


Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei menguat 0,27%, indeks indeks Hang Seng terkerek 0,16%, dan indeks Kospi bertambah 0,11%.

Koreksi yang sudah terjadi pada perdagangan kemarin (25/9/2019) membuka ruang bagi pelaku pasar untuk melakukan aksi beli pada hari ini. Pada perdagangan kemarin, indeks Nikkei ditutup turun 0,36%, indeks Hang Seng anjlok 1,28%, dan indeks Kospi berkurang 1,32%.

Sementara itu, IHSG memang menguat kemarin, namun tipis saja yakni sebesar 0,14%. Apresiasi IHSG pada perdagangan kemarin terjadi seiring dengan lonjakan yang terjadi pada menit-menit akhir perdagangan.

IHSG mulai bangkit setelah dalam beberapa waktu terakhir terus diterpa tekanan jual, seiring dengan gelombang demo yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Pada periode 19 September-24 September (empat hari perdagangan), IHSG terus mencetak koreksi. Jika ditotal, koreksi dalam empat hari tersebut mencapai 2,21%.

Pada perdagangan kemarin, bursa saham Asia diterpa tekanan jual seiring dengan perekonomian China yang ternyata sedang babak belur.

Menurut Beige Book yang dipublikasikan kemarin, perekonomian China pada kuartal III-2019 berada di posisi terlemahnya selama tahun 2019. Lemahnya perekonomian China terjadi seiring dengan adanya kontraksi di sektor manufaktur dan jasa.

Menurut laporan tersebut, lemahnya perekonomian China pada saat ini utamanya disebabkan oleh aktivitas di sektor manufaktur yang tak bergairah. Laporan tersebut kemudian memaparkan bahwa penjualan dari perusahaan-perusahaan sektor manufaktur, laba bersih, volume penjualan, dan harga jual jatuh hingga dua digit jika dibandingkan dengan kuartal II-2019.


Harga jual di tingkat pabrik tercatat telah berhenti naik pada bulan Juni, sebelum kemudian jatuh pada bulan Juli dan Agustus. Kejatuhan harga jual ini kemudian menekan penjualan dan laba bersih, yang pada akhirnya akan membatasi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi dan memenuhi kewajiban utangnya.

Sementara itu, sektor jasa tercatat terus-menerus membukukan pelemahan, dengan penjualan dan laba bersih pada kuartal III-2019 jatuh jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rekrutmen karyawan melambat, mengindikasikan bahwa jika sektor manufaktur harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar, sektor jasa tak memiliki kapasitas untuk menyerapnya.

Untuk diketahui, Beige Book disusun berdasarkan wawancara dengan lebih dari 3.300 perusahaan di China. Periode wawancara untuk Beige Book edisi terbaru ini adalah pertengahan Agustus hingga pertengahan September.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Kesepakatan Dagang AS-China Bisa Datang Lebih Cepat

Selain karena koreksi yang sudah terjadi pada perdagangan kemarin, aksi beli juga dilakukan di bursa saham Asia seiring dengan asa damai dagang AS-China yang kian terasa.

Kemarin waktu setempat, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa datang lebih cepat “dari yang Anda pikirkan,” dilansir dari CNBC International.

Komentar dari Trump ini lantas melengkapi sentimen positif terkait dengan perkembangan hubungan AS-China di bidang perdagangan. Sebelumnya, pemberitaan dari Bloomberg menyebut bahwa China kini tengah bersiap untuk meningkatkan pembelian daging babi asal AS.

Saat ini, perusahaan-perusahaan asal China telah menanyakan harga kepada eksportir daging babi asal AS seperti Smithfield Foods dan Tyson Foods, seperti dilansir oleh Bloomberg dari sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Hingga saat ini, volume pembelian belum difinalisasikan, namun sumber tersebut menyebut bahwa jumlahnya bisa jadi berada di kisaran 100.000 ton, di mana sebagian akan dialokasikan untuk keperluan cadangan.

Sejatinya, pembelian daging babi asal AS dengan volume yang lebih besar tersebut datang kala China selaku negara konsumen daging babi terbesar dunia memang membutuhkan pasokan tambahan. Pada tahun ini, harga daging babi di China telah meroket lebih dari 70% seiring dengan merebaknya wabah flu babi Afrika.

Namun, keputusan dari China ini juga dipandang sebagai itikat baik dari Beijing menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara yang rencananya akan digelar sekitar tanggal 10 Oktober.

Kesepakatan dagang AS-China memang menjadi kunci bagi kedua negara untuk menghindari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Untuk diketahui, pada tahun 2018 International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.

Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.

Beralih ke China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.

Kala AS dan China selaku dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa menghindari hard landing, pastilah perekonomian negara-negara lain bisa dipacu untuk melaju di level yang tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(ank/tas) Next Article Besok AS-China Deal! IHSG Nyaman di Zona Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular