Trump Bakal Dilengserkan, Kok Rupiah Ikut Tertekan?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 September 2019 10:52
Investor Ogah Ambil Risiko
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
"Presiden harus bertanggung jawab, tidak ada yang lebih tinggi dari hukum. Apa yang dilakukan oleh presiden adalah pelanggaran terhadap sumpah jabatan, pengkhianatan terhadap keamanan nasional, dan pengkhianatan terhadap integritas Pemilu," tegas Nancy Peslosi, Ketua House of Representatives, seperti diberitakan Reuters.

Namun, jalan menuju pemakzulan masih panjang. Apalagi hal itu harus mendapat persetujuan dari Senat. Sulit, karena Senat didominasi oleh Partai Republik yang mendukung pemerintah.

"Keputusan itu (permintaan pemakzulan) terlalu gegabah. Seharusnya menunggu bukti-bukti yang kuat terlebih dulu. Ini memberi konfirmasi bahwa prioritas Demokrat memang tidak membuat kehidupan rakyat AS menjadi lebih baik," kata Mitch McConnell, Ketua Senat AS, seperti diwartakan Reuters.

Trump sendiri berjanji untuk membuka transkrip percakapannya dengan Zelenskiy. Dia mengaku menyinggung tentang Biden dalam percakapan itu, tetapi tidak ada soal bantuan US$ 400 juta.

"Nanti kalau Anda mengetahui soal percakapan itu, Anda akan mengerti," ujar Trump di hadapan wartawan di sela-sela Sidang Umum PBB, seperti diberitakan Reuters.

Meski pemakzulan terhadap Trump sepertinya masih jauh dari pandangan, tetapi angin sudah semakin kencang bertiup ke arah sana. Perkembangan ini membuat investor agak grogi. Pasti, karena kalau sampai Trump dimakzulkan maka politik AS akan memanas dan itu menciptakan ketidakpastian baru.

Oleh karena itu, wajar jika investor enggan mengambil risiko. Lebih baik menunggu sampai ada kejelasan dari Washington sebelum mengambil langkah berikutnya.



TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular