Pangsa Pasar 5 Bank Kustodian Amblas, Deutsche Turun Tahta

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 September 2019 07:19
Bisnis Kustodian reksa dana bergejolak, Deutsche turun tahta.
Foto: Deutsche Bank (REUTERS/Simon Dawson)

Jakarta, CNBC Indonesia - Life is like a box of chocolates, you never know what you're going to get,- Forrest Gump (1994).

Ya, seperti halnya hidup Forrest, tidak ada yang pasti dalam hidup ini. Ketidakpastian juga terjadi di industri reksa dana di mana peta kekuatan bank kustodian mulai berubah dan menunjukkan beberapa keunggulan nama besar justru mengendor. Pangsa pasar bank kustodian bagi reksa dana dan produk investasi pasar modal tersebut mulai berubah sekurangnya dalam 2 tahun terakhir setelah terjadi penurunan pangsa pasar dari lima bank.

Data PT Infovesta Utama menunjukkan bahwa terjadi penurunan pangsa pasar secara beruntun sejak akhir 2017, akhir 2018, hingga akhir Agustus pada lima bank. Kelimanya yaitu Deutsche Bank A.G. (DB), PT Bank HSBC Indonesia, Citibank N.A., PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank DBS Indonesia.

Kustodian adalah bisnis penitipan dan pengadministrasian harta pihak lain, yang dalam pengelolaan investasi dibutuhkan sebagai satu dari dua pihak yang membentuk kontrak investasi kolektif (KIK), bersama dengan manajer investasi (MI).

Intinya bank kustodian yang mendapat izin OJK bekerjasama dengan MI untuk mengurus administrasi dan menyimpan kekayaan reksa dana, khususnya menghitung nilai aktiva bersih (NAB) portofolio setiap waktu secara berkelanjutan, terutama secara harian dan tahunan untuk reksa dana.


Deutsche Bank Tak Lagi di Urutan Pertama

Perubahan peta kekuatan di bisnis global saat ini ternyata juga menggerus penguasa pasar kustodian reksa dana dari Deutsche Bank.

Untuk bank investasi asal Jerman ini, terjadi penurunan pangsa pasar menjadi 11,3% dari total industri Rp 542,67 triliun atau Rp 61,34 triliun pada Agustus 2019.

Total dana industri itu baru memasukkan angka dan akelolaan reksa dana terbuka (reksa dana saham, campuran, pendapatan tetap, dan pasar uang), reksa dana terproteksi, reksa dana indeks, ETF (exchange traded fund), DIRE, dan reksa dana penyertaan terbatas (RDPT).

simpenan IRVIN pagi-HHHHHOLDFoto: Deutsche Bank (REUTERS/Andrew Kelly)


Angka persentasenya pangsa pasar DB turun dari posisi 13,21% dari total industri Rp 469,27 triliun (atau senilai Rp 62 triliun) yang dibukukan pada akhir 2017 dan sebesar 12,04% dari total industri Rp 498,62 triliun atau pangsa pasarnya senilai Rp 60,01 triliun pada 2018.

Penurunan pangsa pasar juga menyebabkan dominasi DB di industri reksa dana dan pengelolaan investasi mulai mengendor dan membuat bank multinasional tersebut turun peringkat menjadi nomor tiga di lini bisnis tersebut.

Per akhir 2018, tercatat 134 orang dari total 297 orang atau 45,12% pegawai DB di Indonesia merupakan bagian dari bisnis kustodian dan jasa penyimpanan efek dan administrasi produk investasi (fund services). Di dalam negeri, DB berkantor cabang di Jakarta dan Surabaya.

Pangsa pasar bank asal Jerman tersebut turun meskipun sebelumnya terkenal memiliki sistem dan SDM yang sangat jeli dalam penghitungan nilai aktiva bersih (NAB) harian bagi reksa dana dan produk lain.

Nilai produk lain itu terdiri dari portofolio rutin bagi kontrak pengelolaan dana (KPD, atau pengelolaan dana nasabah) serta reksa dana penyertaan terbatas (RDPT).


Setidaknya sejak 2008 hingga 2017, DB dikenal di industri reksa dana sebagai pemimpin pasar penghitungan NAB reksa dana, yang juga dinyatakan di dalam penjelasan singkat tentang pemberi jasa kustodian setiap prospektus reksa dana di mana bank tersebut menjadi kustodiannya.

Selain itu, tarif kustodian DB dulu juga dikenal termasuk tinggi dibandingkan dengan bank lain, terutama dari jasa kustodian dari bank lokal, tetapi saat ini sudah mulai bersaing dengan bank lain.

Dari survei kecil terhadap delapan reksa dana saham, tiga produk yang menggunakan jasa DB dikenakan beban (fee) kustodian 0,11%, tiga reksa dana yang menggunakan jasa HSBC dibebankan fee kustodian 0,14%, dan dua yang menggunakan jasa PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) sebesar 0,1%.


HSBC, Citibank, Mandiri, dan DBS Juga Turun

Selain DB, penurunan pangsa pasar beruntun di bisnis kustodian reksa dana juga terjadi pada empat bank lain. Untuk HSBC, porsi pangsa pasarnya turun menjadi 10,77% pada Agustus dari 11,01% pada 2017 dan dari 11,17% pada 2018.

HSBC, dulunya beroperasi sebagai bank asing dengan nama The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd (HSBC) Cabang Jakarta mulai beroperasi sebagai bank asing yang sudah beroperasi sebagai bank kustodian sejak 1989.

Selain itu, penurunan pangsa pasar juga terjadi pada Citibank yang mengakuisisi bisnis administrasi ABN Amro NV sejak 2005, Bank Mandiri, dan PT Bank DBS Indonesia.


Citibank, yang sudah berbisnis kustodian reksa dana sejak 1996, mengalami penurunan pangsa pasar yang terjadi menjadi 7,9% pada Agustus dari 11,75% pada 2017.

Bank Mandiri dan DBS yang sudah menggenggam izin sebagai kustodian reksa dana sejak 1995 dan 2006, mengalami penurunan pangsa pasar menjadi 6,17% dan 6,38% pada Agustus dari sebelumnya 7,48% dan 6,6% pada 2017.




Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research PT Infovesta Utama, menilai saat ini faktor bank asing atau bank lokal sudah bukan pertimbangan utama lagi bagi manajer investasi memilih kustodian.

"[Mereka memilih dengan pertimbangan] lebih ke fee yang kompetitif dan teknologi yang ditawarkan, di sini bank lokal mulai bisa mendapatkan pangsa pasar," ujarnya semalam (23/9/19).

Saat ini, lanjutnya, bisnis kustodian DB di Indonesia terpisah dari DB di tingkat global sehingga dugaan kekhawatiran terhadap kelangsungan bisnis perusahaan di dalam negeri belum meningkat. Saat ini, DB melakukan perampingan bisnis dan PHK di Jerman dan negara lain, terutama pada bisnis pialang dan bank investasi.

Wawan menambahkan bahwa pangsa pasar Deutsche Bank yang masih cukup besar masih dapat menuai keuntungan (profitable).

Data dana kelolaan reksa dana DB yang dihitung Infovesta mencapai Rp 61,34 triliun dan dengan median fee 0,11% per tahun serta dengan skenario kondisi akan sama hingga akhir tahun, maka pendapatan DB tahun ini dari bisnis reksa dana dan investasi diprediksi sekitar Rp 67,47 miliar.

Sejatinya, biaya kustodian dihitung setiap hari tetapi akan dibebankan sekali dalam setahun.

Wawan juga mengatakan jika ada kustodian yang sampai ditutup, maka kemungkinan besar bisnisnya akan dialihkan ke bank lain, seperti yang pernah terjadi pada RBS yang bisnisnya banyak yang diserap Standard Chartered Bank.

CIMB Niaga, Si Penguasa Baru

Di sisi lain, pemuncak klasemen pangsa pasar kustodian berpindah tangan ke Bank CIMB Niaga. Saat ini pangsa pasar kustodian perusahaan afiliasi CIMB Group Holdings Bhd asal Malaysia tersebut naik menjadi 13,03% pada Agustus dari 8,79% pada 2017.

Posisi itu dicapai oleh CIMB Niaga setelah perusahaan sempat dikeluhkan manajer investasi karena banyak terjadi pergantian personel kunci pada tahun lalu, dan sempat dijatuhkan suspensi sementara penambahan kontrak kustodian KIK reksa dana dana baru pada 2011.


Suspensi terkait dengan kasus PT Falcon Asset Resources Management (FARM) yang diawali dari penipuan tanda tangan investor sehingga reksa dana Falcon Asia Optima Plus cair bukan kepada investornya yang berhak.

CIMB Niaga, yang mengklaim sebagai bank swasta nasional pertama yang mendapatkan izin menjadi kustodian pada 1991, juga menambah dana kelolaan investasi yang diadministrasikan perseroan Rp 19,5 triliun tahun ini.

Sebagian besar di antaranya yaitu sekitar Rp 10 triliun berasal dari Dana Investasi Real Estat (DIRE) Simas Plaza Indonesia yang dikelola PT Sinarmas Asset Management.

"Menurut saya, hal ini [penambahan pangsa pasar hingga menjadi yang terbesar] adalah strategi yang baik mengambil kembali kepercayaan investor setelah kasus Falcon," tambah Wawan.

Di bawah CIMB Niaga ada Standard Chartered PLC, bank multinasional asal Inggris yang bertahan pada posisi kedua sejak 2017 hingga 2019. Pangsa pasar Stanchart fluktuatif pada 11,88% yang turun dari 12,66% pada 2018 yang sebelumnya naik dari 12,3% pada 2017.

Bank lain yang menangguk pangsa pasar dari penurunan porsi bank lain terutama adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mega Tbk (MEGA). Pangsa pasar keduanya naik menjadi 8,4% dan 8,06% dari sebelumnya 7,11% dan 7,31% pada 2017 silam.

Dengan perkembangan pasar reksa dana yang mengalami pertumbuhan yang cukup 'gila', yaitu mampu menggaet hampir 1 juta investor baru menjadi 1,39 juta investor dari 470 investor sejak akhir 2017, diharapkan kualitas jasa kustodian perbankan juga dapat berkembang juga untuk mendukung industri pengelolaan investasi.

Otomatisasi dan pengembangan sistem bisnis kustodian perbankan seiring dengan perkembangan zaman mutlak selalu dilakukan agar kencangnya laju pengembangan produk dari manajer investasi, strategi dan inovasi pemasaran dari agen penjual, serta dukungan regulasi juga dapat didukung oleh kesiapan seluruh pemangku kepentingan di industri reksa dana dan pasar modal.

Karena itu, bisnis kustodian perbankan juga diharapkan agar dapat lari sekencang pelaku industri lain sehingga dapat lebih cepat mencapai target bersama: 5 juta investor reksa dana pada 2021.

"Run Forrest, run!"


TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/tas) Next Article Laba Bank-bank Ini Turun, Benarkah Industri Tengah 'Sekarat'?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular