Andalkan Nasabah Tajir, HSBC Gandeng BNP Paribas Luncurkan Reksa Dana

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
13 August 2024 15:40
FILE PHOTO: The HSBC building is pictured in Canary Wharf in London in this May 7, 2008 file photo. REUTERS/Kevin Coombs/File Photo
Foto: REUTERS/Kevin Coombs

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank HSBC Indonesia menggandeng PT BNP Paribas Asset Management meluncurkan produk reksa dana baru yang memiliki fokus investasi pada perusahaan raksasa teknologi di dunia, dengan tetap memegang prinsip investasi syariah, yaitu BNP Paribas DJIM Global Technology TITANS 50 Syariah USD (BNPP Global Tech TITANS).

Peluncuran reksa dana menjadi upaya bank asal Inggris yang mengandalkan sektor nasabah affluent alias nasabah "tajir." Mereka dapat memperluas diversifikasi investasi mereka ke negara lain.

Menurut laporan HSBC Affluent Investor Snapshot 2024, dari 500 responden investor affluent Indonesia, rata-rata memiliki 5,4 produk investasi dalam portofolio mereka. Jumlah ini tertinggi dibandingkan dengan investor dari negara responden lainnya dalam laporan tersebut.

Sebanyak 57% dari mereka berencana untuk memperluas diversifikasi portofolio dengan berinvestasi di negara lain.

"Produk yang kami luncurkan ini akan menjadi salah satu pilihan bagi nasabah kami untuk menangkap potensi pertumbuhan yang dimiliki oleh sektor teknologi global, khususnya dalam bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/AI) dan otomasi, dengan tetap berpegang pada prinsip investasi syariah," kata Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia Lanny Hendra di Gedung HSBC, Selasa (13/8/2024).

Sementara itu, Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management Maya Kamdani mengungkapkan tema teknologi global melalui reksa dana indeks untuk memberikan transparansi dan mudah dipantau oleh investor, serta penyertaan konstituen yang representatif di tengah dinamika sektor teknologi.

Adapun nasabah HSBC Premier dapat membeli reksa dana BNPP Global Tech Titans dengan minimum penempatan dana sebesar US$10.000 atau sekitar (Rp158,53 juta).

Sayangnya, Lanny tidak mengungkapkan berapa target asset under management (AUM) dari reksa dana ini. Ketika ditanya terkait pertumbuhannya, ia menjawab pastinya "double digit."

Tetapi, Lanny mengakui bahwa kontribusi bisnis wealth management nasabah tajir ini memang cukup besar, yakni berpotensi sekitar 20% hingga 30% terhadap pendapatan HSBC.

"I think untuk sales kita cukup kencang lah ya, representing mungkin kalau produk baru, tema baru kan at least, I would say 20-30% contribution should come from this product, gitu lah pengennya," kata dia.

Menurut Lanny, nasabah affluent pun tetap gencar berinvestasi di kala adanya volatilitas pasar global. Ia mengungkapkan nasabah segmen bisnis retail HSBC semuanya ingin memiliki portofolio investasi.

"Kan kalau kita melihat ada market volatility, ya mungkin customer, mungkin option-nya bisa pindah lebih ke cash, lebih prefer, tapi kalau saya melihat sih animo untuk berinvestasi itu tetap ada. Karena kan semua orang mencoba memaksimalkan investasinya gitu ya," terang Lanny.

Ia mengatakan nasabah tajir lebih memilih untuk berinvetasi jangka panjang untuk produk-produk yang sederhana. Sebagian dari mereka juga sudah mulai mendiversfikasi.

Bank Garap Nasabah Tajir

Bisnis pengelolaan kekayaan nasabah tajir pun memang menjadi andalan di kala era suku bunga acuan masih tinggi.

Tidak hanya HSBC, beberapa bank lain juga telah mengandalkan bisnis wealth management, guna mendorong pendanaan.

Seperti bank pelat merah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), yang tengah mengubah struktur pengelolaan pendanaan. Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu menjelaskan pihaknya melakukan itu dengan menurunkan porsi funding yang besar yang biayanya mahal dengan yang berukuran sedang.

Selain itu, BTN memiliki mesin pendanaan baru melalui produk BTN Prospera. Produk AUM dengan nilai simpanan Rp 100 juta hingga Rp 500 juta ini mengincar segmen orang kaya baru atau kelas menengah. Nixon mengatakan sejak peluncurannya pada Maret lalu, produk ini sudah bertumbuh 20%.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Syarat UMKM Yang Bisa Dapat Kredit Baru Setelah Dihapus Tagih!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular