
Demo Kian Meluas, Lelang SUN Terancam Sepi Peminat

Pelemahan pasar juga diprediksi dapat mempengaruhi minat peserta lelang rutin Surat Utang Negara (SUN) yang akan digelar pemerintah siang ini.
Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
![]() |
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 3,1 basis poin (bps) menjadi 7,27%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 24 Sep'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 23 Sep'19 (%) | Yield 24 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 23 Sep'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.615 | 6.641 | 2.60 | 6.6018 |
FR0078 | 10 tahun | 7.245 | 7.276 | 3.10 | 7.2329 |
FR0068 | 15 tahun | 7.666 | 7.69 | 2.40 | 7.6672 |
FR0079 | 20 tahun | 7.813 | 7.815 | 0.20 | 7.7827 |
Sumber: Refinitiv
Hari ini, pemerintah berniat melelang tujuh seri SUN dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp 30 triliun yang terbagi menjadi dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) dan lima seri kupon tetap (fixed rate/FR). SPN adalah SUN jangka pendek dengan tenor di bawah 1 tahun.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.023,87 triliun SBN, atau 38,67% dari total beredar Rp 2.647 triliun berdasarkan data per 19 September.
Nilai kepemilikan SUN oleh investor asing tersebut masih menjadi yang tertinggi sepanjang masa seiring dengan semakin kondusifnya perang dagang
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 130,62 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 1,64 triliun dan sejak akhir bulan lalu sudah masuk Rp 4,27 triliun.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 1,21% menjadi 6.133 untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan 0,07% menjadi Rp 14.090/dolar AS untuk rupiah.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, koreksi harga terjadi sehingga yield mayoritas obligasi negara naik.
Hal tersebut mencerminkan investor global masih harap-harap cemas dan cenderung menunggu momentum untuk kembali ke pasar begitu ancaman resesi dunia mereda.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 23 Sep'19 (%) | Yield 24 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.07 | 7.125 | 5.50 |
China | 3.112 | 3.117 | 0.50 |
Jerman | -0.581 | -0.576 | 0.50 |
Prancis | -0.29 | -0.284 | 0.60 |
Inggris | 0.55 | 0.554 | 0.40 |
India | 6.782 | 6.739 | -4.30 |
Jepang | -0.214 | -0.236 | -2.20 |
Malaysia | 3.471 | 3.486 | 1.50 |
Filipina | 4.793 | 4.806 | 1.30 |
Rusia | 7 | 7.02 | 2.00 |
Singapura | 1.699 | 1.72 | 2.10 |
Thailand | 1.5 | 1.505 | 0.50 |
Amerika Serikat | 1.708 | 1.711 | 0.30 |
Afrika Selatan | 8.295 | 8.285 | -1.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?