
Rupiah Yang Loyo Masih Bisa Bikin Dolar Australia KO
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 September 2019 18:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (20/9/19). Dengan demikian, Mata Uang Kanguru kini mencatat pelemahan tiga hari berturut-turut melawan Mata Uang Garuda, sekaligus dua pekan beruntun.
Dolar Australia pada hari ini melemah 0,07% ke level Rp 9.539,95/AU$ di pasar spot melansir data Refinitiv. Sementara Kamis kemarin anjlok 0,51%.
Rupiah sebenarnya pada hari ini loyo meski Bank Indonesia sudah memangkas suku bunga Kamis kemarin. Efek pemangkasan suku bunga BI ke sektor riil masih akan belum terjadi dalam waktu dekat, ada masa transmisi beberapa bulan yang harus dilewati. Tetapi dolar Australia lebih buruk lagi.
Biro Statistik Australia yang melaporkan kenaikan tingkat pengangguran memberikan tekanan bagi mata uangnya. Pada bulan Agustus, tingkat pengangguran naik menjadi 5,3% dari bulan sebelumnya 5,2%, dan menjadi yang tertinggi dalam satu tahun terakhir.
Kenaikan tingkat pengangguran tersebut tentunya menunjukkan pasar tenaga kerja Australia masih lemah dan peluang pemangkasan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA) semakin terbuka lebar.
RBA sudah memangkas suku bunga dua kali di tahun ini hingga ke rekor terendah 1%. Rilis notulen rapat kebijakan moneter RBA pekan ini menunjukkan para anggota dewan mempertimbangkan untuk kembali memangkas suku bunga untuk menstimulasi perekonomian, dan mendorong kenaikan inflasi.
Suku bunga rendah juga akan ditahan dalam waktu yang lama untuk memperkuat pasar tenaga kerja dan mencapai target inflasi.
Berbeda dengan RBA, BI memangkas suku bunga karena memiliki ruang yang dimanfaatkan untuk mempercepat laju perekonomian, sehingga pemangkasan suku bunga BI cenderung memberikan sentimen baik bagi rupiah.
BI memangkas suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25%. Ini berarti BI sudah menurunkan suku bunga dalam tiga bulan berturut-turut.
Selain memangkas suku bunga, BI juga memutuskan untuk menurunkan uang muka (down payment/DP) yang masuk skema loan to value (LTV) kredit properti dan kendaraan bermotor untuk merangsang pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga lebih terpacu lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Akibat Demo 22 Mei, Dolar Australia Tekuk Rupiah Hari Ini
Dolar Australia pada hari ini melemah 0,07% ke level Rp 9.539,95/AU$ di pasar spot melansir data Refinitiv. Sementara Kamis kemarin anjlok 0,51%.
Biro Statistik Australia yang melaporkan kenaikan tingkat pengangguran memberikan tekanan bagi mata uangnya. Pada bulan Agustus, tingkat pengangguran naik menjadi 5,3% dari bulan sebelumnya 5,2%, dan menjadi yang tertinggi dalam satu tahun terakhir.
Kenaikan tingkat pengangguran tersebut tentunya menunjukkan pasar tenaga kerja Australia masih lemah dan peluang pemangkasan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA) semakin terbuka lebar.
RBA sudah memangkas suku bunga dua kali di tahun ini hingga ke rekor terendah 1%. Rilis notulen rapat kebijakan moneter RBA pekan ini menunjukkan para anggota dewan mempertimbangkan untuk kembali memangkas suku bunga untuk menstimulasi perekonomian, dan mendorong kenaikan inflasi.
Suku bunga rendah juga akan ditahan dalam waktu yang lama untuk memperkuat pasar tenaga kerja dan mencapai target inflasi.
Berbeda dengan RBA, BI memangkas suku bunga karena memiliki ruang yang dimanfaatkan untuk mempercepat laju perekonomian, sehingga pemangkasan suku bunga BI cenderung memberikan sentimen baik bagi rupiah.
BI memangkas suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25%. Ini berarti BI sudah menurunkan suku bunga dalam tiga bulan berturut-turut.
Selain memangkas suku bunga, BI juga memutuskan untuk menurunkan uang muka (down payment/DP) yang masuk skema loan to value (LTV) kredit properti dan kendaraan bermotor untuk merangsang pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga lebih terpacu lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Akibat Demo 22 Mei, Dolar Australia Tekuk Rupiah Hari Ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular