Sedih! Tak Ada Happy Weekend Bagi IHSG

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
20 September 2019 16:56
Sedih! Tak Ada Happy Weekend Bagi IHSG
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Indonesia dibuka menguat tipis 0,07% pada perdagangan hari ini (20/9/2019). Namun tak lama berselang langsung bergerak ke arah utara dan pada penutupan perdagangan sesi II Bursa Efek Indonesia (BEI) berakhir melemah 0,21% ke level 6.231,47.



Saham-saham yang turut menekan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan )IHSG) di antaranya PT Hotel Mandarine Regency Tbk/HOME (-25,66%), PT Barito Pacific Tbk/BRPT (-2,91%), PT Bank Pan Indonesia Tbk/PNBN (-2,5%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-2,22%), PT Totalindo Eka Persada Tbk/TOPS (-1,67%).

Pergerakan IHSG berbanding terbalik dengan performa mayoritas bursa saham acuan di kawasan Asia yang anteng di zona hijau. Indeks Kospi menguat 0,54%, indeks Straits Times naik 0,25%, indeks Nikkei naik 0,16%, indeks Shanghai menguat 0,24%. Hanya indeks Hang Seng melemah dengan koreksi sebesar 0,13%.

Bursa saham di Benua Kuning menyambung positif pertemuan di level deputi antara perwakilan dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang berlangsung kemarin (19/9/2019). Pertemuan tersebut digelar guna merumuskan dasar untuk negosiasi tingkat tinggi yang rencananya akan digelar pada bulan depan di Washington, dilansir dari Reuters.

Dalam negosiasi tersebut, perwakilan delegasi Negeri Tiongkok dipimpin oleh Liao Min selaku Wakil Menteri Keuangan China, dan Negeri Paman Sam mengutus Jeffrey Gerrish selaku Deputi Kantor Perwakilan Dagang AS.

Melansir Global Times selaku media yang dikontrol oleh Partai Komunis China, ditunjuknya Liao Min untuk memimpin delegasi China dipandang oleh para analis dapat membawa angin segar bagi hubungan dagang AS-China. Untuk diketahui, delegasi China dalam perbincangan guna mempersiapkan negosiasi tingkat tinggi dengan AS sebelumnya dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen.

Lebih lanjut, kabar terbaru datang dari Washington yang dikabarkan akan mengecualikan sementara 400 produk importasi asal China, seperti diwartakan Politico, dilansir dari CNBC International. 400 produk tersebut merupakan sebagian dari daftar produk asal Negeri Tiongkok senilai US$ 250 miliar yang dikenakan tarif sejak tahun lalu.

"Ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah menetapkan bahwa ekskalasi (perang dagang) lebih lanjut tidak diinginkan saat ini, sehingga mereka berusaha untuk menciptakan atmosfer positif sebelum putaran perundingan di bulan Oktober," ujar Stephen Olson, peneliti di Henrich Foundation, dilansir CNBC International.

(BERLANJUT KE HALAMAN DUA)
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia kemarin kembali memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps), dari 5,5% menjadi 5,25%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 September 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Bank Indonesia, Kamis (19/9/2019).

Sayanya, keputusan BI tidak disambut positif oleh pelaku pasar yang cemas akan nada-nada hawkish yang dikirimka noleh Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed).

Hasil Rapat Pengambil Kebijakan The Fed (FOMC) memang mengumumkan keputusan yang sesuai dengan keinginan pasar, yakni memangkas federal funds rate (FFR) sebesar 25 basis poin ke rentang 1,75%-2%.

Sayangnya dalam konferensi pers, Powell kembali menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil guna mempertahankan ekspansi ekonomi dan sebagai ‘penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment’. Jadi, langkah tersebut bukan strategi untuk mendorong tingkat suku bunga acuan ke level yang lebih rendah ke depannya.

"Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu (pemangkasan tingkat suku bunga acuan) bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif," kata Powell pada bulan Juli silam, dilansir dari CNBC International.

"Kami tak melihat arahnya ke sana (era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan). Anda akan melakukannya jika Anda melihat pelemahan ekonomi yang signifikan dan jika Anda berpikir bahwa federal funds rate perlu dipangkas secara signifikan. Itu bukanlah skenario yang kami lihat."

Pernyataan tersebut lantas menegaskan kembali komentar Powell di bulan Juli bahwa The Fed tidaklah sedang memulai era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan.

Jika fakta ini benar adanya, maka selisih imbal hasil instrumen keuangan berbasis rupiah dengan aset keuangan berbasis dolar akan semakin tipis. Hal ini membuat pelaku pasar enggan menggelontorkan dana mereka di pasar keuangan Indonesia. Indikasi tersebut sudah terlihat dari investor asing yang membukukan aksi jual bersih pada perdagangan hari ini mencapai Rp 833,82 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular