Internasional

Investor Diminta Selow Hadapi Isu Perang Dagang

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
20 September 2019 14:48
Investor diminta terbiasa dengan fluktuasi akibat perang dagang
Foto: Infografis/ Jejak Perang Dagang: Trump Memulai, Trump Mengakhiri/Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China mungkin akan berlarut-larut selama dekade berikutnya. Sehingga investor harus belajar untuk terbiasa di bawah ketidakpastian yang berkepanjangan.

"Ada banyak perdebatan tentang negosiasi perdagangan saat ini dan apakah kesepakatan terjadi atau tidak. Saya pikir pandangan yang lebih luas yang saya miliki adalah bahwa kita semua hanya perlu belajar untuk hidup dengannya," kata Charles Kaye, kepala eksekutif raksasa ekuitas swasta Warburg Pincus pada CNBC International di Singapore Summit, Jumat (20/9/2019).

"Kita harus hidup dengan ketidakpastian dan dinamika bahwa akan ada kerja sama dan persaingan. Dan mudah-mudahan tidak ada yang berubah menjadi sesuatu yang entah bagaimana memiliki dimensi negatif untuk itu."


Kaye pun menyebut meskipun China sedang terjerat perang dagang, berinvestasi di negara itu masih cukup menguntungkan. Ia juga yakin China masih bisa menawarkan investor pengembalian investasi yang baik di tahun-tahun mendatang.

Itu karena pertumbuhan global akan semakin didorong oleh konsumsi di Asia. Di mana China adalah "bagian penting" dari tren itu, jelasnya.



"Jika saya melihat apa yang kami lakukan, itu semua benar-benar fokus pada kebangkitan orang kaya. Munculnya konsumen baik itu di sektor konsumsi, atau logistik, atau kesehatan, jasa keuangan, real estat," kata pemimpin perusahaan yang berinvestasi di perusahaan raksasa China, Ant Financial, dan Go-Jek itu.

"Saya berpendapat (bahwa) jenis pertumbuhan menjadi lebih dan lebih relevan bagi dunia, namun itu datang pada saat yang sama ketika konflik (perang dagang) itu sendiri meningkat."

Sementara itu, saat ini AS dan China tengah memasuki babak baru pembicaraan perang dagang. Wakil negosiator kedua negara tengah memulai pembicaraan sejak Kamis kemarin.

Sekitar 30 orang yang mewakili China sudah datang ke AS. China dipimpin oleh Wakil Menteri Keuangan Liao Min. Sementara AS diwakili Perwakilan Dagang (USTR) dipimpin Jeffrey Gerrish.

Fokus pembicaraan kali ini terkait dengan produk pertanian. Khusus untuk pertanian pembahasan sangat alot hingga dua sesi.

Sedangkan satu sesi lainnya membahas perlindungan kekayaan intelektual China. Serta pemondahan paksa teknologi AS ke perusahaan-perusahaan China.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Laba Industri China Turun di Agustus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular