
Timur Tengah Panas, Data China Lemas, Emas Jadi Beringas!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 September 2019 07:12

Selain di Timur Tengah, investor juga masih khawatir dengan risiko perlambatan ekonomi global yang bisa mengarah ke resesi. Serangkaian data terbaru dari China kian memberi konfirmasi bahwa perlambatan ekonomi sedang terjadi.
Pada Agustus, produksi industri China tumbuh 4,4% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan Juli yang tumbuh 4,8%. Pencapaian Agustus adalah yang terendah sejak Februari 2002.
Tidak hanya itu, data penjualan ritel Negeri Tirai Bambu juga mengecewakan. Pada Agustus, penjualan ritel tumbuh 7,5% YoY, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,6% dan di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 7,9%.
Kemudian, investasi tetap juga kurang impresif. Pada Januari-Agustus, pertumbuhan investasi tetap berada di 5,5% YoY. Melambat dibandingkan Januari-Juli yaitu 5,7%.
Perlambatan ekonomi di China sepertinya tidak bisa terelakkan. Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini akan berada di batas bawah dari kisaran target pemerintah 6-6,5%. Pada kuartal II-2019, ekonomi China tumbuh 6,2% yang merupakan laju terlemah dalam hampir 30 tahun.
Saat ekonomi China melambat, maka dampaknya adalah permintaan terhadap produk dari berbagai negara akan berkurang. Akibatnya, ekspor di negara-negara lain akan terpengaruh apalagi di negara yang menjadikan China sebagai mitra dagang utama seperti Indonesia.
Perlambatan ekonomi global adalah konsekuensinya. Saat ekonomi terus melambat apalagi ada risiko menuju resesi, maka investor tentu bertindak SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Kembali lagi, emas adalah perlindungan yang sempurna.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada Agustus, produksi industri China tumbuh 4,4% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan Juli yang tumbuh 4,8%. Pencapaian Agustus adalah yang terendah sejak Februari 2002.
Kemudian, investasi tetap juga kurang impresif. Pada Januari-Agustus, pertumbuhan investasi tetap berada di 5,5% YoY. Melambat dibandingkan Januari-Juli yaitu 5,7%.
Perlambatan ekonomi di China sepertinya tidak bisa terelakkan. Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini akan berada di batas bawah dari kisaran target pemerintah 6-6,5%. Pada kuartal II-2019, ekonomi China tumbuh 6,2% yang merupakan laju terlemah dalam hampir 30 tahun.
Saat ekonomi China melambat, maka dampaknya adalah permintaan terhadap produk dari berbagai negara akan berkurang. Akibatnya, ekspor di negara-negara lain akan terpengaruh apalagi di negara yang menjadikan China sebagai mitra dagang utama seperti Indonesia.
Perlambatan ekonomi global adalah konsekuensinya. Saat ekonomi terus melambat apalagi ada risiko menuju resesi, maka investor tentu bertindak SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Kembali lagi, emas adalah perlindungan yang sempurna.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular