
Timur Tengah Panas, Data China Lemas, Emas Jadi Beringas!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 September 2019 07:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melanjutkan kenaikan di perdagangan pasar spot hari ini. Harga sang logam mulia bertahan di kisaran US$ 1.500/troy ons.
Pada Selasa (17/9/2019) pukul 06:41 WIB, harga emas berada di US$ 1.500,99/troy ons. Naik 0,64% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sentimen eksternal masih gaduh sehingga membuat investor mencari perlindungan di aset aman seperti emas. Dari Timur Tengah, tensi belum reda karena semakin banyak pihak yang menuding Iran sebagai pelaku serangan ke ladang minyak milik Saudi Aramco (raksasa migas asal Arab Saudi).
Kolonel Turki Al Malki, Juru Bicara Koalisi Militer, bukti permulaan mulai mengarah bahwa serangan bukan berasal Yaman. Belum diketahui dari mana misil jelajah (cruise missile) ditembakkan tetapi mulai terang bahwa senjata tersebut milik Iran.
"Hasil temuan sementara menunjukkan bahwa senjata itu milik Iran, dan kami sedang mengidentifikasi dari mana lokasi peluncurannya. Serangan teroris ini tidak berasal dari Yaman, seperti yang diklaim milisi Houthi," ungkap Al Malki, seperti dikutip dari Reuters.
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Kelly Craft mempertegas hal tersebut. "Ada indikasi Iran yang bertanggung jawab," ujarnya, seperti diwartakan Reuters.
AS pun bersiap untuk segala kemungkinan. Kemarin, Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa Negeri Adidaya sudah mengisi dan mengokang senjata.
Iran yang tidak terima dengan tuduhan tersebut ikut panas. Teheran menyatakan bahwa misil mereka bisa menjangkau pangkalan militer AS yang berjarak lebih dari 2.000 km.
Situasi Timur Tengah yang memanas dan api perang bisa tersulut kapan saja membuat investor cemas. Ini membuat pelaku pasar memilih mengamankan diri di aset aman, salah satunya emas. Permintaan meningkat, harga emas pun terangkat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Selain di Timur Tengah, investor juga masih khawatir dengan risiko perlambatan ekonomi global yang bisa mengarah ke resesi. Serangkaian data terbaru dari China kian memberi konfirmasi bahwa perlambatan ekonomi sedang terjadi.
Pada Agustus, produksi industri China tumbuh 4,4% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan Juli yang tumbuh 4,8%. Pencapaian Agustus adalah yang terendah sejak Februari 2002.
Tidak hanya itu, data penjualan ritel Negeri Tirai Bambu juga mengecewakan. Pada Agustus, penjualan ritel tumbuh 7,5% YoY, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,6% dan di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 7,9%.
Kemudian, investasi tetap juga kurang impresif. Pada Januari-Agustus, pertumbuhan investasi tetap berada di 5,5% YoY. Melambat dibandingkan Januari-Juli yaitu 5,7%.
Perlambatan ekonomi di China sepertinya tidak bisa terelakkan. Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini akan berada di batas bawah dari kisaran target pemerintah 6-6,5%. Pada kuartal II-2019, ekonomi China tumbuh 6,2% yang merupakan laju terlemah dalam hampir 30 tahun.
Saat ekonomi China melambat, maka dampaknya adalah permintaan terhadap produk dari berbagai negara akan berkurang. Akibatnya, ekspor di negara-negara lain akan terpengaruh apalagi di negara yang menjadikan China sebagai mitra dagang utama seperti Indonesia.
Perlambatan ekonomi global adalah konsekuensinya. Saat ekonomi terus melambat apalagi ada risiko menuju resesi, maka investor tentu bertindak SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Kembali lagi, emas adalah perlindungan yang sempurna.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Pada Selasa (17/9/2019) pukul 06:41 WIB, harga emas berada di US$ 1.500,99/troy ons. Naik 0,64% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Kolonel Turki Al Malki, Juru Bicara Koalisi Militer, bukti permulaan mulai mengarah bahwa serangan bukan berasal Yaman. Belum diketahui dari mana misil jelajah (cruise missile) ditembakkan tetapi mulai terang bahwa senjata tersebut milik Iran.
"Hasil temuan sementara menunjukkan bahwa senjata itu milik Iran, dan kami sedang mengidentifikasi dari mana lokasi peluncurannya. Serangan teroris ini tidak berasal dari Yaman, seperti yang diklaim milisi Houthi," ungkap Al Malki, seperti dikutip dari Reuters.
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Kelly Craft mempertegas hal tersebut. "Ada indikasi Iran yang bertanggung jawab," ujarnya, seperti diwartakan Reuters.
AS pun bersiap untuk segala kemungkinan. Kemarin, Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa Negeri Adidaya sudah mengisi dan mengokang senjata.
Iran yang tidak terima dengan tuduhan tersebut ikut panas. Teheran menyatakan bahwa misil mereka bisa menjangkau pangkalan militer AS yang berjarak lebih dari 2.000 km.
Situasi Timur Tengah yang memanas dan api perang bisa tersulut kapan saja membuat investor cemas. Ini membuat pelaku pasar memilih mengamankan diri di aset aman, salah satunya emas. Permintaan meningkat, harga emas pun terangkat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Selain di Timur Tengah, investor juga masih khawatir dengan risiko perlambatan ekonomi global yang bisa mengarah ke resesi. Serangkaian data terbaru dari China kian memberi konfirmasi bahwa perlambatan ekonomi sedang terjadi.
Pada Agustus, produksi industri China tumbuh 4,4% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan Juli yang tumbuh 4,8%. Pencapaian Agustus adalah yang terendah sejak Februari 2002.
Tidak hanya itu, data penjualan ritel Negeri Tirai Bambu juga mengecewakan. Pada Agustus, penjualan ritel tumbuh 7,5% YoY, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,6% dan di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 7,9%.
Kemudian, investasi tetap juga kurang impresif. Pada Januari-Agustus, pertumbuhan investasi tetap berada di 5,5% YoY. Melambat dibandingkan Januari-Juli yaitu 5,7%.
Perlambatan ekonomi di China sepertinya tidak bisa terelakkan. Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini akan berada di batas bawah dari kisaran target pemerintah 6-6,5%. Pada kuartal II-2019, ekonomi China tumbuh 6,2% yang merupakan laju terlemah dalam hampir 30 tahun.
Saat ekonomi China melambat, maka dampaknya adalah permintaan terhadap produk dari berbagai negara akan berkurang. Akibatnya, ekspor di negara-negara lain akan terpengaruh apalagi di negara yang menjadikan China sebagai mitra dagang utama seperti Indonesia.
Perlambatan ekonomi global adalah konsekuensinya. Saat ekonomi terus melambat apalagi ada risiko menuju resesi, maka investor tentu bertindak SDM (Selamatkan Diri Masing-masing). Kembali lagi, emas adalah perlindungan yang sempurna.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Harga Emas Tertatih untuk Bangkit
Most Popular