Dibebani Saham Konsumer, IHSG Cuma Bisa Naik Tipis

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 September 2019 12:15
Dibebani Saham Konsumer, IHSG Cuma Bisa Naik Tipis
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,43% ke level 6.369,42, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tergelincir ke zona merah sekitar pukul 10:00 WIB. Beruntung, IHSG kemudian bisa memperbaiki keadaan dengan kembali lagi ke zona hijau.

Per akhir sesi satu, indeks saham acuan di Indonesia tersebut menguat tipis 0,02% ke level 6.343,63.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+0,58%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (+1,8%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+0,81%), PT Astra International Tbk/ASII (+0,37%), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+0,24%).

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei menguat 1%, indeks Shanghai naik 0,75%, indeks Hang Seng bertambah 0,36%, dan indeks Straits Times terapresiasi 0,34%. Sementara itu,perdagangan di bursa saham Korea Selatan diliburkan seiring dengan peringatan Chuseok Day.

Hubungan AS-China yang kian mesra di bidang perdagangan menjadi faktor utama yang memantik aksi beli di bursa saham Asia. Kemarin waktu setempat (12/9/2019), Presiden AS Donald Trump mengindikasikan bahwa AS dan China bisa meneken kesepakatan dagang interim, walau itu bukanlah sebuah opsi utama.

"Bayak orang membicarakannya, saya melihat banyak analis menyebut mengenai sebuah kesepakatan interim - yang artinya kita akan menyepakati beberapa hal saja, yang mudah dulu. Tidak ada yang mudah atau sulit, yang ada adalah ada kesepakatan atau tidak ada kesepakatan. Tetapi itu adalah sesuatu yang akan kita pertimbangkan, saya rasa," ujar Trump, seperti dikutip CNBC International.

Melansir CNBC International, delegasi kedua negara dijadwalkan bertemu pada pekan depan guna melanjutkan usaha untuk menyusun rancangan kesepakatan dagang.

Sinyal dari Trump bahwa AS-China bisa meneken kesepakatan dagang interim datang pasca dirinya mengumumkan melalui media sosial Twitter bahwa kenaikan bea masuk bagi produk impor asal China yang sebelumnya dijadwalkan akan mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober, diundur menjadi tanggal 15 Oktober.

Untuk diketahui, bea masuk yang diundur tersebut merupakan bea masuk yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 250 miliar. Pemerintahan Presiden Trump akan menaikkan bea masuk bagi produk senilai US$ 250 miliar tersebut menjadi 30%, dari yang sebelumnya 25%.

Trump mengungkapkan bahwa keputusan tersebut diambil berdasarkan permintaan dari Wakil Perdana Menteri China Liu He, beserta dengan fakta bahwa tanggal 1 Oktober merupakan peringatan ke 70 tahun dari lahirnya Republik Rakyat China.

itikad baik dari AS ini melengkapi itikad baik yang sudah ditunjukkan oleh China. Pada hari Rabu (11/9/2019), Kementerian Keuangan China mengumumkan daftar produk impor asal AS yang akan dibebaskan dari pengenaan bea masuk baru. Melansir CNBC International, ada sebanyak 16 jenis produk impor yang diberikan pembebasan oleh China, termasuk pakan ternak, obat untuk kanker, dan pelumas. Pembebasan ini akan mulai berlaku pada tanggal 17 September hingga September 2020.

Sebagai informasi, sejauh ini delegasi tingkat tinggi dari kedua negara masih dijadwalkan untuk menggelar negosiasi dagang secara tatap muka pada awal bulan depan. Negosiasi tatap muka di AS pada awal bulan depan diketahui akan melibatkan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Wakil Perdana Menteri China Liu He, serta Gubernur Bank Sentral China Yi Gang.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> ECB Beri Stimulus, The Fed Diharapkan Pangkas Bunga


Lebih lanjut, aksi beli di bursa saham Asia juga dipicu oleh hasil pertemuan European Central Bank (ECB) selaku bank sentral Eropa. Kemarin malam, ECB mengumumkan bahwa pihaknya memangkas deposit rate sebesar 10 basis poin (bps), dari yang sebelumnya -0,4% menjadi -0,5%.

Tak sampai disitu, ECB juga mengumumkan bahwa program quantitative easing (QE) yang disetop pada akhir tahun lalu akan kembali diaktifkan. Setiap bulannya, ECB akan menyuntikkan dana senilai 20 miliar euro ke sistem perbankan atau setara dengan US$ 21,9 miliar. Program ini akan berlangsung selama yang diperlukan, dilansir dari CNBC International.

Pemangkasan tingkat suku bunga acuan diharapkan akan mampu menghindarkan perekonomian negara-negara zona Euro, khususnya Jerman, dari jurang resesi.

Pada kuartal II-2019, Jerman selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar keempat di dunia dan pertama di Benua Eropa membukukan kontraksi ekonomi sebesar 0,1% secara kuartalan (quarter-on-quarter). Jika di kuartal III-2019 tetap terjadi kontraksi, maka negara pimpinan Kanselir Angela Merkel tersebut akan resmi masuk ke jurang resesi.

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Lebih lanjut, The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS juga diharapkan akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada pekan depan.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 12 September 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan minggu depan berada di level 88,8%.

BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Dibebani Saham Konsumer



Sejatinya, penguatan IHSG bisa lebih tinggi jika saham-saham konsumer tak dilego pelaku pasar. Per akhir sesi satu, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,23%.

Untuk diketahui, dalam tiga hari perdagangan terakhir indeks sektor barang konsumsi selalu mencetak koreksi. Jika ditotal, koreksi dalam tiga hari perdagangan tersebut adalah sebesar 0,49%.

Saham-saham konsumer terus dilego pelaku pasar seiring dengan rilis data penjualan barang-barang ritel yang mengecewakan. Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) pada hari Selasa (10/9/2019), penjualan barang-barang ritel periode Juli 2019 hanya tercatat tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.

Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.

Sebagai catatan, sudah sedari Mei 2019 pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%.

Saham-saham konsumer yang dilego pelaku pasar pada perdagangan hari ini di antaranya: PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-1,47%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,32%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,18%), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk/SIDO (-0,84%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-0,35%). 

TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular