
Hantu Resesi Gentayangan, Jadi Rekomendasi Saham Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi berada di rentang level 6.403 hingga 6.508 pada akhir tahun ini seiring dengan sentimen global yang menekannya, baik perang dagang AS-China maupun ancaman resesi yang menjadi pemberat gerak indeks.
Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Edwin Sebayang menjelaskan perang dagang menjadi sentimen utama pemberat indeks. Belum lagi kepastian Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang hingga saat ini masih terombang-ambing. Keduanya bakal menjadi pertimbangan pelaku pasar dalam berinvestasi.
"Target IHSG hingga akhir tahun 2019 dalam range 6.403 hingga 6.508," kata Edwin kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/9/2019).
Sentimen lain adalah adanya potensi resesi ekonomi yang mulai mengancam perekonomian dunia. Salah satu indikatornya yakni imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS atau US Treasury mengalami inversi (inverted) atau terbalik ke level yang belum pernah terjadi sejak 2007.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri obligasi tenor lebih pendek dibandingkan dengan yield seri obligasi tenor lebih panjang. Pada 27 Agustus lalu, yield US Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi yakni 1,531%. Lazimnya obligasi tenor panjang lebih tinggi imbal hasilnya karena tingkat risiko lebih tinggi.
Edwin menjelaskan, untuk mengamankan aset-aset investor, dia merekomendasikan sejumlah saham dari beberapa sektor seperti pertambangan dengan pilihan saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Timah Tbk. (TINS), dan PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT). Saham lain yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Sektor lain yang juga masuk rekomendasi yakni infrastruktur, di antaranya infrastruktur jalan tol yakni PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) dan emiten telekomunikasi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).
Edwin menjelaskan, sektor ritel dan konsumer juga masih menarik untuk dikoleksi seiring dengan daya beli masyarakat. Beberapa saham di antaranya PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (MARK), PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA), dan PT Ace Hardware Tbk. (ACES).
Selain itu, dua saham berikutnya dari sektor properti yakni PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) dan emiten petrokimia PT Barito Pacific Tbk. (BRPT).
Rekomendasi ini tentu bukan menjadi tolok ukur utama karena setiap sekuritas memiliki pertimbangan masing-masing. Saat ini di tengah perang dagang AS-China, kekhawatiran investor masih kuat. Ketakutan resesi ekonomi juga masih membayangi perekonomian di seluruh dunia.
Saat AS dan China sama- sama resesi, maka perekonomian global tidak mungkin bisa lolos. Berdasarkan survei Absolute Strategy Research yang berbasis di London, peluang terjadinya resesi global mencapai 45%.
Data BEI mencatat hingga pukul 14.56 WIB, Rabu ini (11/9/2019), IHSG baru menguat 2,50% dengan catatan net sell asing hari ini Rp 223 miliar di pasar reguler sehingga year to date masih terjadi net sell asing Rp 11,38 triliun di pasar reguler. Adapun di pasar nego dan tunai terjadi net buy Rp 64 triliun.
Dalam kesempatan sebelumnya, PT Mandiri Sekuritas merevisi target IHSG akhir tahun nanti menjadi 6.650 dari target sebelumnya di 6.800. Penurunan target ini dengan pertimbangan nilai laba per saham (earning per share/EPS) yang tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 7%.
Pasar saham lesu darah, reksa dana berguguran
(tas) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
