Duh! Saham Konsumer Dilego, IHSG Memerah di Akhir Sesi I

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 September 2019 12:52
Duh! Saham Konsumer Dilego, IHSG Memerah di Akhir Sesi I
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan Rabu ini (11/9/2019) dengan koreksi sebesar 0,03% ke level 6.334,59, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan cepat bisa membalikkan keadaan dengan merangsek naik ke zona hijau.

Sayang, per akhir sesi satu indeks saham acuan di Indonesia tersebut telah kembali lagi ke zona merah dan melemah 0,08% ke level 6.331,7. Jika IHSG tak bisa memperbaiki keadaan (berbalik ke zona hijau) pada saat akhir perdagangan, maka rentetan penguatan selama 5 hari beruntun akan terputus.

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang sedang melaju di zona hijau. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei menguat 0,84%, indeks Hang Seng naik 0,14%, indeks Straits Times terkerek 1,1%, dan indeks Kospi bertambah 0,66%.

Asa damai dagang AS-China yang semakin kental terasa sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.

Melansir CNBC International yang mengutip South China Morning Post, China dikabarkan telah memberi penawaran kepada AS untuk membeli produk-produk agrikultur dari Negeri Paman Sam dengan jumlah yang lebih besar.

Sebagai gantinya, pihak China meminta AS untuk menunda pengenaan bea masuk baru, serta melonggarkan sanksi terhadap Huawei yang merupakan raksasa perusahaan telekomunikasi asal China.

Duh! Saham Konsumer Dilego, IHSG Melemah Per Akhir Sesi SatuFoto: Wakil Perdana Menteri China Liu He, kiri, memberi isyarat setelah ia berpose untuk foto dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, tengah, dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer di Guesthouse Negara Diaoyutai di Beijing, Jumat, 29 Maret 2019. (Nicolas Asfouri / Pool via AP) )

Sebelumnya pada hari Senin (9/9/2019), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai kesepakatan terkait dengan konsep pengawasan yang akan digunakan untuk kesepakatan dagang kedua negara nantinya, melansir CNBC International.

Mnuchin menambahkan bahwa perbincangan di level wakil menteri akan digelar pada bulan ini, diikuti dengan negosiasi tatap muka di level yang lebih tinggi pada awal Oktober. Negosiasi tatap muka di AS pada awal bulan depan diketahui akan melibatkan Mnuchin sendiri, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Wakil Perdana Menteri China Liu He, serta Gubernur Bank Sentral China Yi Gang.

Sekadar mengingatkan, tereskalasinya perang dagang AS-China pada awal bulan ini salah satunya dipicu oleh kekesalan Presiden AS Donald Trump yang menyebut bahwa China telah mengingkari janjinya untuk meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur asal AS.


Kini, dengan adanya itikat baik dari China untuk meningkatkan pembelian produk-produk agrikultur asal AS, diharapkan negosiasi dagang secara tatap muka pada awal bulan depan akan bisa membuahkan hasil yang menggembirakan.

Seperti yang diketahui, hubungan AS dan China sempat kembali memanas pasca pada tanggal 1 September AS resmi memberlakukan bea masuk baru sebesar 15% yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 112 miliar. Pakaian, sepatu, hingga kamera menjadi bagian dari daftar produk yang diincar AS pada kesempatan ini.

Di sisi lain, aksi balasan dari China berlaku selepas AS bersikeras menerapkan bea masuk baru terhadap Beijing.

China mengenakan bea masuk baru yang berkisar antara 5-10% bagi sebagian produk yang masuk dalam daftar target senilai US$ 75 miliar. Daging babi, daging sapi, dan berbagai produk pertanian lainnya tercatat masuk dalam daftar barang yang menjadi lebih mahal per tanggal 1 September kemarin.

Untuk diketahui, AS masih akan mengenakan bea masuk baru terhadap berbagai produk impor China lainnya pada tanggal 15 Desember. Jika ditotal, nilai barang yang terdampak dari kebijakan AS pada hari ini dan tanggal 15 Desember nanti adalah US$ 300 miliar, dilansir dari CNBC International.

Sementara itu, sisa barang dalam daftar target senilai US$ 75 miliar yang hingga kini belum dikenakan bea masuk baru oleh China, akan mulai terdampak pada tanggal 15 Desember.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Saham-saham Konsumer Menjadi Momok

IHSG tak bisa memanfaatkan momentum yang ada seiring dengan aksi jual atas saham-saham konsumer. Hingga tengah hari, indeks sektor barang konsumsi melemah sebesar 0,43%, menjadikannya indeks sektoral dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG.

Untuk diketahui, pada perdagangan kemarin (10/9/2019) indeks sektor barang konsumsi melemah 0,01%.

Di titik terlemahnya kemarin, indeks sektor barang konsumsi tercatat sempat jatuh hingga 0,38%, menjadikannya salah satu kontributor utama dari tergelincirnya IHSG ke zona merah pada saat intraday, sebelum kemudian IHSG kembali bisa merangkak naik ke zona hijau menjelang penutupan perdagangan.

Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,17%.

Saham-saham konsumer terus dilego pelaku pasar seiring dengan rilis data penjualan barang-barang ritel yang mengecewakan.

Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) kemarin, penjualan barang-barang ritel pada periode Juli 2019 hanya tercatat tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.

Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.

Sebagai catatan, sudah sedari Mei 2019 pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%. 

Seiring dengan kuatnya indikasi bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada di level yang rendah, saham-saham konsumer terus dilego pelaku pasar.

Saham-saham konsumer yang dilego pelaku pasar hingga siang hari ini di antaranya: PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-4,09%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-1,63%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-0,83%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-0,6%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,18%).

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular