Sepi IPO BUMN dan Anak Usahanya, Begini Respons Pelaku Pasar

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 September 2019 17:37
Meski sebelumnya, anak usaha BUMN kontruksi sudah jauh-jauh hari mewacanakan initial public offering (IPO) namun belum juga terlaksana.
Foto: Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga September 2019, belum satu pun entitas anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 2019. Meski sebelumnya, anak usaha BUMN kontruksi sudah jauh-jauh hari mewacanakan initial public offering (IPO) namun belum juga terlaksana.

Catatan CNBC Indonesia, sejak 2018 lalu anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yaitu PT Wijaya Karya Realty dan PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi digadang-gadang siap melenggang ke pasar modal dan menghimpun dana segar Rp 4 triliun.

Berikutnya, anak usaha PT PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Adhi Persada Gedung (APG) dan PT Adhi Commuter Properti (ACP) sudah disiapkan menjadi perusahaan publik dengan membidik dana Rp 3 triliun.

Sepinya IPO BUMN juga disoroti Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee. Menurutnya, situasi pasar saham saat ini masih belum mendukung perusahaan pelat merah untuk melantai di bursa. Dengan kondisi pasar saat ini, kata dia, anak usaha BUMN cenderung menahan diri karena khawatir investor belum akan menyerap secara maksimal karena ketidakpastian masih tinggi.

"BUMN yang bagus-bagus dan bisa go public sudah IPO, sisanya anak-anak usaha BUMN dan mereka bertahan (belum IPO)," kata Hans Kwee saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (9/9/2019).

Sementara itu, Wijen Ponthus, Analis Royal Investum Sekuritas berpendapat, lesunya IPO dari anak usaha pelat merah disebabkan karena pertimbangan situasi ekonomi yang tumbuh stagnan, selain itu minat investor bagi perusahaan yang IPO terbilang masih rendah.

"Mereka masih melihat waktu yang tepat, yang diperhatikan sekarang lebih kepada demand investor," kata Wijen Ponthus kepada CNBC Indonesia.

Menurutnya, semester pertama tahun depan adalah waktu yang cukup tepat perusahaan pelat merah melantai di bursa. Hal ini akan ditopang dari mulai membaiknya perekonomian, dipicu dari membaiknya harga-harga komoditas. Hal ini sudah terlihat dari mulai membaiknya sejumlah harga komoditas seperti nikel dan timah.

"Harusnya ini jadi katalis lagi di semester depan," kata dia menambahkan.

Sebagai catatan, pencatatan saham perusahaan BUMN ini mulai dilakukan sejak 1991 dengan tercatatnya saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang saat itu bernama Semen Gresik.

Terakhir kali BUMN listing di antaranya PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) pada 11 Februari 2011 dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) pada 28 Juni 2013. Setelah itu, praktis dalam beberapa tahun terakhir hanya anak-anak perusahaan BUMN yang aktif mencatatkan saham di bursa.

Tahun lalu, anak usaha BUMN yang listing ialah PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) pada 9 Juli 2018, anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), dan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) pada 28 Mei 2018, anak usaha PT Pertamina (Persero).
(hps/hps) Next Article Triniti Land IPO, Tawar Harga Saham Rp 200 - Rp 250/unit

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular