
Ramai-ramai Pangkas Bunga Acuan, Yield Obligasi RI Ikut Turun
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 September 2019 13:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menyatakan imbal hasil (yield) surat utang negara (SUN) masih berpotensi turun sejalan dengan tren penurunan yield obligasi secara global.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengungkapkan, saat ini imbal hasil surat utang negara (SUN) berada di level 7,2%-7,3% dan masih terbuka ruang penurunan sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan.
"Ada peluang yield SBN bisa di kisaran di bawah 7%, tapi ya kita lihat saja nanti dalam perkembangannya. Jadi peluang itu ada," kata Loto saat berbincang dengan CNBC Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Senin (9/9/2019).
Mengacu data di laman Asian Bonds Online pada 6 September 2019, saat ini imbal hasil obligasi dengan tenor 10 tahun Indonesia berada di level 7,32%. Masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia 3,35%, Filipina 4,58% dan Vietnam sebesar 4,08%.
Namun, meski imbal hasil yield SBN berpotensi turun, menurut Loto, minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini ditopang dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang tejaga di kisaran 5% dan stabilitas politik di dalam negeri.
Apalagi, kata Loto, Indonesia sudah mendapat peringkat layak investasi dari lembaga pemeringkat global seperti Fitch, Moody's. Terbaru, Standard & Poors (S&P), Jumat (31/5/2019) menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi 'BBB' dari 'BBB-'. S&P juga meningkatkan rating utang sovereign jangka pendek dari 'A-2' ke 'A-3'.
"Kita memiliki kredit yang sudah investment grade, menjaga pengelolaan ekonomi kita terus baik, semuanya termasuk stabil politiknya, itu akan membuat investor itu nyaman berinvastasi di Indonesia," kata Loto menambahkan.
(hps/hps) Next Article Bravo! Yield SBN Terendah Sejak 2018
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Loto Srinaita Ginting mengungkapkan, saat ini imbal hasil surat utang negara (SUN) berada di level 7,2%-7,3% dan masih terbuka ruang penurunan sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan.
"Ada peluang yield SBN bisa di kisaran di bawah 7%, tapi ya kita lihat saja nanti dalam perkembangannya. Jadi peluang itu ada," kata Loto saat berbincang dengan CNBC Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Senin (9/9/2019).
Mengacu data di laman Asian Bonds Online pada 6 September 2019, saat ini imbal hasil obligasi dengan tenor 10 tahun Indonesia berada di level 7,32%. Masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia 3,35%, Filipina 4,58% dan Vietnam sebesar 4,08%.
Apalagi, kata Loto, Indonesia sudah mendapat peringkat layak investasi dari lembaga pemeringkat global seperti Fitch, Moody's. Terbaru, Standard & Poors (S&P), Jumat (31/5/2019) menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi 'BBB' dari 'BBB-'. S&P juga meningkatkan rating utang sovereign jangka pendek dari 'A-2' ke 'A-3'.
"Kita memiliki kredit yang sudah investment grade, menjaga pengelolaan ekonomi kita terus baik, semuanya termasuk stabil politiknya, itu akan membuat investor itu nyaman berinvastasi di Indonesia," kata Loto menambahkan.
(hps/hps) Next Article Bravo! Yield SBN Terendah Sejak 2018
Most Popular