Dibuka Menghijau, IHSG Malah Melengos ke Zona Merah

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
04 September 2019 09:55
Dibuka Menghijau, IHSG Malah Melengos ke Zona Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis pada perdagangan Rabu ini (4/9/2019) dengan mencatatkan kenaikan 0,08% ke level 6.266,76 poin. Dalam perjalanannya, IHSG semakin memantapkan posisi di zona hijau.

Searah dengan IHSG, bursa saham utama di kawasan Asia juga kompak bergerak ke utara, di mana indeks Kospi menguat 0,46%, indeks Hang Seng melesat 1,44%, indeks Shanghai menguat 0,55%, indeks Straits Times naik 0,41%, dan indeks Nikkei naik tipis 0,03%.

Hanya saja, mulai pukul 09.48 WIB, pasar berubah. IHSG langsung berbelok ke zona merah dengan minus 0,03% di level 6.258, dengan net sell asing Rp 86 miliar di semua pasar.


Pasar keuangan di Benua Kuning ditransaksikan menguat pada perdagangan Rabu pagi karena seiring dengan hasil survei PMI bulan Agustus versi Caixin kembali menunjukkan adanya lonjakan aktivitas pada sektor Jasa Negeri Tiongkok yang merupakan level tertinggi dalam 3 bulan terakhir.

Hasil PMI sektor jasa China bulan Agustus tercatat sebesar 52,1 poin, lebih tinggi dari capaian Juli yang sebesar 51,6 poin. Pesanan baru tumbuh ke level paling tinggi dalam empat bulan terakhir, penjualan luar negeri tetap tumbuh solid, dan indeks ketenagakerjaan melesat ke level tertinggi sejak Juni 2018, dilansir dari Trading Economics.

Sebelumnya, rilis data PMI sektor manufaktur China bulan Agustus juga naik dari 49,9 poin menjadi 50,4 poin.

Aktifitas bisnis Negeri Tiongkok yang masih mampu membukukan ekspansi di tengah eskalasi perang dagang dengan AS memberi harapan pada pelaku pasar bahwa perekonomian China dan pasokan global masih memiliki peluang untuk tumbuh.

Lebih lanjut, kondisi yang dialami China berkebalikan dengan Negeri Paman Sam. rilis data PMI manufaktur AS bulan Agustus versi ISM (Institute for Supply Management) mencatatkan kontraksi untuk pertama kalinya sejak Januari 2016, dilansir CNBC International.

Angka PMI manufaktur tercatat hanya sebesar 49,1 poin, lebih rendah dari konsensus pasar yang memproyeksi di level 51,1 poin, dilansir dari Trading Economics. Kontraksi tersebut disebabkan penurunan signifikan pada indeks pesanan baru dan indeks ketenagakerjaan.

BERLANJUT KE HALAMAN DUA
Di lain pihak, meskipun bursa saham acuan Tanah Air berhasil bergerak positif pada awal sesi I, pelaku pasar tetap harus mencermati kelanjutan friksi dagang antara AS dan China.

Terlebih lagi setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa negosiasi dengan Negeri Tiongkok akan lebih sulit. Dampaknya sudah keliatan setelah IHSG mulai berbelok ke zona merah pada pukul 09.48 WIB hari ini.

Tiga sumber menginformasikan kepada CNBC International bahwa Trump diketahui berniat untuk menggandakan bea masuk yang diberikan kepada produk asal China setelah dia mengetahui bahwa Negeri berencana Tiongkok melakukan aksi retaliasi (pembalasan) dengan membebani tarif tambahan atas produk AS senilai US$ 75 miliar.

Akan tetapi, niat tersebut dibatalkan setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer memperingatkan Trump bahwa tindakan tersebut dapat berdampak pada pasar saham dan perekonomian.


“Kami melakukan negosiasi yang sangat baik dengan China. Sementara saya yakin mereka akan senang berurusan dengan administrasi baru sehingga mereka dapat kembali ‘mencabik-cabik AS’ [US$600 miliar per tahun], 16 bulan adalah waktu yang lama untuk PHK masal dan perusahaan angkat kaki”, cuit Trump di akun Twitter pribadinya.

Trump bahkan mengatakan dia bisa mengambil tindakan lebih ekstrem untuk menindak praktik perdagangan Negeri Tiongkok jika dia berhasil memenangkan pemilihan ulang tahun depan, apalagi bila kesepakatan dagang belum tercapai hingga detik ini, dilansir CNBC International.


“.. Lalu, pikirkan apa yang terjadi pada China ketika saya menang. Kesepakatan akan ‘LEBIH SULIT!’ Sementara itu, rantai pasokan China akan hancur, dan bisnis, pekerjaan, dan uang akan hilang!” cuit Trump.

Dengan pernyataan Trump tersebut, tentu muncul pertanyaan di benak pelaku pasar akankah diskusi lanjutan yang diagendakan bulan ini akan tetap terlaksana?

Terlebih lagi, Trump belum memberikan reaksi terhadap tindakan Beijing yang mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas keputusan AS untuk mengenakan bea masuk atas produk Made in China.

China menganggap pengenaan tarif baru telah melanggar konsensus yang dicapai oleh pemimpin kedua negara saat pertemuan di Osaka, Jepang, akhir April lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular