
Waspada, September Terbukti Tak Bersahabat Bagi Wall Street!

Sentimen terakhir yang bisa menekan kinerja Wall Street pada bulan ini adalah hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS. Pada tanggal 17-18 September mendatang, The Fed akan menggelar pertemuan guna menentukan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Hasil dari pertemuan tersebut akan diumumkan pada tanggal 19 September waktu Indonesia.
Saat ini, pelaku pasar begitu yakin bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan dalam pertemuannya bulan ini, minimal sebesar 25 basis poin (bps). Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 3 September 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 97,3%. Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 50 bps berada di level 2,7%.
Walaupun pelaku pasar sudah 100% yakni bahwa akan ada pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan ini, ada baiknya pelaku pasar tetap berhati-hati. Pasalnya, sejauh ini belum ada sinyal yang kuat dari The Fed terkait dengan pemangkasan tingkat suku bunga acuan di bulan ini.
Berbicara dalam simposium tahunan bank sentral belum lama ini di Jackson Hole, Wyoming, sejatinya Gubernur The Fed Jerome Powell sempat mengeluarkan pernyataan bernada dovish yang menyejukkan hati pelaku pasar. Dirinya menyebut bahwa The Fed akan melakukan apa yang mereka bisa untuk mempertahankan ekspansi ekonomi yang saat ini tengah dirasakan di AS.
"Tantangan bagi kita sekarang (The Fed) adalah untuk mengeksekusi kebijakan moneter yang bisa mempertahankan ekspansi (ekonomi) sehingga manfaat dari kuatnya pasar tenaga kerja bisa dirasakan oleh mereka yang belum merasakannya, dan sehingga tingkat inflasi bergerak dengan stabil di kisaran dua persen," kata Powell, dilansir dari CNBC International.
Namun kemudian, nada hawkish keluar dari mulut Powell. Dirinya menyebut bahwa setelah perkembangan yang ditempuh dalam satu dekade terakhir menuju tingkat penyerapan tenaga kerja yang maksimum dan stabilitas harga, "perekonomian AS saat ini sudah mendekati kedua target tersebut", mengindikasikan bahwa The Fed tak akan kelewat agresif dalam memangkas tingkat suku bunga acuan di masa depan.
Kalau sampai tak ada pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan ini, kekhawatiran bahwa perekonomian AS akan mengalami hard landing bisa kembali membuncah, yang pada akhirnya akan menekan kinerja Wall Street.
Mengingat Wall Street merupakan kiblat pasar keuangan dunia, tentu lesunya kinerja Wall Street akan menjadi momok bagi bursa saham Indonesia. Waspadalah!
TIM RISET CNBC INDONESIA
