Waspada, September Terbukti Tak Bersahabat Bagi Wall Street!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 September 2019 06:43
Bukan Cuma Perang Dagang, Brexit Juga Bikin Gemetar
Foto: PM Inggris Boris Johnson (Rui Vieira/Pool via REUTERS)

Bukan cuma perang dagang AS-China, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa alias Brexit juga membuat gemetar. Beberapa waktu yang lalu, Ratu Elizabeth memberikan restunya kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk menskors parlemen Inggris.

Sejatinya, parlemen Inggris akan kembali dari masa reses dan mulai beraktivitas pada pekan ini hingga tanggal 9 September, sebelum kemudian menikmati masa reses lagi selama tiga minggu. Kini, kebijakan dari Johnson untuk menskors parlemen akan memperpanjang masa reses menjadi lima minggu. Parlemen akan kembali dibuka pada tanggal 14 Oktober.

Langkah Johnson ini dipandang sebagai taktik untuk mencegah para anggota parlemen Inggris yang berambisi untuk mematikan opsi perceraian Inggris dengan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (No-Deal Brexit). Sebelumnya, Johnson memang sudah berjanji untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa selambat-lambatnya pada 31 Oktober, baik dengan atau tanpa kesepakatan.

Sebelum Johnson memutuskan untuk menskors parlemen, anggota parlemen dari partai oposisi sudah memberi sinyal bahwa mereka akan bersatu dalam membuat sebuah hukum yang akan memblokir Johnson dari mengeksekusi No-Deal Brexit.

Ingat, tanggal perceraian Inggris dengan Uni Eropa adalah 31 Oktober sehingga diberikannya masa reses yang lebih panjang oleh Johnson akan menyulitkan parlemen untuk menggolkan hukum yang bisa mencegah No-Deal Brexit.

Bank of England yang merupakan bank sentral Inggris telah memperingatkan bahwa No-Deal Brexit bisa mendorong Inggris jatuh ke jurang resesi. 

Perkembangan teranyar, kemarin parlemen Inggris berhasil mengambil alih agenda parlemen dari tangan Johnson, sebuah upaya nyata untuk kemudian mencoba menggolkan hukum yang akan memblok No-Deal Brexit.

Merespons hal tersebut, Johnson kembali bermanuver dengan menyatakan bahwa dirinya akan mengadakan pemilu sela. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengubah komposisi parlemen agar diisi lebih banyak pendukungnya. 
Strategi ini bisa berhasil jika mengingat masyarakat Inggris sepertinya sudah lelah dengan tarik-ulur masalah Brexit, sehingga Johnson dan Partai Konservatif pimpinannya bisa memenangi pemilu dan memperbanyak kursi di parlemen.

BERLANJUT KE HALAMAN 4 -> Akankah The Fed Kecewakan Pelaku Pasar?

(ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular