RI Mengguncang Pasar, Harga Nikel Tertinggi Sejak 2014!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 September 2019 15:00
RI Mengguncang Pasar, Harga Nikel Tertinggi Sejak 2014!
Ilustrasi Tambang Nikel (REUTERS/Yusuf Ahmad)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga nikel di pasar futures London Metal Exchange (LME) kembali naik. Masih seperti kemarin, keputusan pemerintah Indonesia melarang ekspor nikel berbagai kadar membuat pasar terguncang.

Pada Selasa (3/9/2019) pukul 14:26 WIB, harga nikel di pasar futures London Metal Exchange (LME) berada di US$ 18.025/metrik ton. Ini adalah titik tertinggi sejak September 2014 alias lima tahun.



Kemarin, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memutuskan untuk melarang ekspor nikel mentah seluruh kadar mulai 1 Januari 2020. Langkah ini dilakukan untuk mendorong industri pengolahan nikel dalam negeri.

Indonesia adalah pemain utama nikel dunia. Mengutip data US Geological Survey, cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta metrik ton, terbesar di dunia.

 

Jadi kalau pasokan nikel dari Indonesia absen di pasar global, bisa dibayangkan tentunya stok di pasar akan menipis. Akibatnya, harga akan bergerak ke utara.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dalam jangka pendek, Indonesia tentu merugi karena tidak bisa menikmati tingginya harga nikel dunia. Namun dalam jangka panjang, Indonesia akan mendapatkan sangat banyak keuntungan.

Menurut kajian pemerintah, mengolah nikel menjadi feronikel akan menaikkan nilainya menjadi setidaknya enam kali lipat. Saat ini, harga nikel berada di kisaran US$ 18.000/metrik ton, atau Rp 255,6 juta dengan asumsi kurs US$ 1 sama dengan Rp 14.200. 

Hitungan bodoh-bodohan, enam kali lipat dari angka tersebut adalah US$ 108.000/metrik ton. Dengan asumsi kurs US$ 1 setara dengan Rp 14.200, berarti uang yang diterima mencapai Rp 1,53 miliar. Menggiurkan betul...

Tidak cuma mendatangkan duit yang lebih banyak, industri pengolahan nikel juga menyerap tenaga kerja. Contohnya pembangunan smelter nikel di Sulawesi Tenggara. Kementerian ESDM mencatat, smelter tersebut membuka 19.102 lapangan kerja. Pada 2016, jumlahnya naik menjadi 40.773 dan pada 2017 melonjak menjadi 65.440.

Jadi, tujuan aturan ini sangat mulia, yaitu menikmati nilai tambah dari kekayaan alam Indonesia. Jangan lagi Indonesia menjual 'Tanah Air'. Main keruk itu tanah, langsung dijual. Indonesia harus menikmati nilai tambah dengan cara mengembangkan industri pengolahan. 



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Harga Nikel Jatuh Nyaris 1%, Ada Apa ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular