
Anjlok 30% Lebih Sejak Awal Tahun, Harga Batu Bara Naik 2%
Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
03 September 2019 14:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ditutup naik signifikan pada perdagangan kemarin. Namun sejak awal tahun, harga komoditas ini masih amblas.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga batu bara di bursa acuan ICE Newcastle berada di US$ 65,75/metrik ton. Naik 2,33% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Meski demikian, harga batu bara masih terkoreksi dalam sejak awal tahun. Bahkan koreksinya mencapai lebih dari 30%.
Harga batu bara yang terkoreksi begitu dalam tahun ini disebabkan oleh sentimen eksternal dan domestik. Dari sisi eksternal, eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China, perlambatan ekonomi global, sampai pembatasan kuota impor menjadi faktor penekan harga batu bara.
Sekitar 75% konsumsi batu bara global ada di kawasan Asia-Pasifik, terutama China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Asia Tenggara. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata konsumsi batu bara China mencapai 1,91 miliar ton ekuivalen minyak per tahun.
Jadi kala pertumbuhan ekonomi China melambat, plus ada pembatasan kuota impor, otomatis permintaan batu bara global ikut melandai. Tidak heran harga komoditas ini mengarah ke selatan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga batu bara di bursa acuan ICE Newcastle berada di US$ 65,75/metrik ton. Naik 2,33% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Meski demikian, harga batu bara masih terkoreksi dalam sejak awal tahun. Bahkan koreksinya mencapai lebih dari 30%.
Harga batu bara yang terkoreksi begitu dalam tahun ini disebabkan oleh sentimen eksternal dan domestik. Dari sisi eksternal, eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China, perlambatan ekonomi global, sampai pembatasan kuota impor menjadi faktor penekan harga batu bara.
Sekitar 75% konsumsi batu bara global ada di kawasan Asia-Pasifik, terutama China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Asia Tenggara. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata konsumsi batu bara China mencapai 1,91 miliar ton ekuivalen minyak per tahun.
Jadi kala pertumbuhan ekonomi China melambat, plus ada pembatasan kuota impor, otomatis permintaan batu bara global ikut melandai. Tidak heran harga komoditas ini mengarah ke selatan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Oversupply Masih Membayangi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular