
Dolar Australia Masih Belum Berkutik di Hadapan Rupiah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 September 2019 19:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Senin (2/9/19). Hingga hari ini, Mata Uang Kanguru sudah melemah lima kali berturut-turut melawan Mata Uang Garuda.
Dolar Australia melemah 0,26% ke level 9.527,17 di pasar spot pada hari ini, melansir data Refinitiv, dan total dalam lima hari melemah 1,2%. Posisi dolar saat ini berada di dekat level terlemah sejak Februari 2016.
Babak baru perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China berdampak buruk bagi dolar Australia.
China merupakan mitra dagang utama Australia, sehingga kabar baik dari China seharusnya mampu mendongkrak kinerja mata uangnya. Namun nyatanya rupiah lebih perkasa sejak Kamis kemarin. Hal ini tidak lepas dari buruknya data ekonomi Australia.
AS mulai mengenakan bea masuk 15% untuk importasi produk asal China senilai US$ 125 miliar di antaranya smartwatch, televisi layar datar, dan alas kaki. Sebelumnya, total produk China yang sudah terkena bea masuk di AS mencapai US$ 250 juta.
Sementara China mengenakan bea masuk 5-10% untuk importasi produk made in the USA senilai US$ 75 miliar. Bea masuk baru ini mencakup 1.717 produk, termasuk minyak mentah. Ini adalah kali pertama minyak asal AS dibebani bea masuk di China.
Efek dari perang dagang sebelumnya sudah memberikan dampak pelambatan ekonomi yang signifikan, apalagi dengan adanya tarif baru ini, kondisi ekonomi global bisa saja semakin memburuk.
Selain buruknya sentimen dari eksternal, dolar Australia juga dibebani buruknya data ekonomi dari dalam negeri sendiri. Biro Statistik Australia Kamis pekan lalu melaporkan belanja modal swasta AS mengalami penurunan sebesar 0,5% di kuartal II-2019 dari tiga bulan pertama 2019 atau secara quarter-to-quarter.
Data ini merupakan salah satu leading indicator kesehatan ekonomi Australia, jika dunia usaha meningkatkan investasi berarti kondisi ekonomi membaik, sebaliknya jika investasi menurun, berarti dunia usaha melihat kondisi ekonomi sedang memburuk.
Memburuknya kondisi ekonomi Australia bisa mendorong bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memangkas lagi suku bunganya. RBA sudah dua kali beruntun memangkas suku bunga masing-masing 25 basis poin (bps) ke rekor terendah 1% guna menstimulasi ekonomi yang melambat. RBA akan mengumumkan suku bunga Selasa (3/9/19) besok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Mata Uang "Underdog" Jadi Juara di Kuartal I-2022
Dolar Australia melemah 0,26% ke level 9.527,17 di pasar spot pada hari ini, melansir data Refinitiv, dan total dalam lima hari melemah 1,2%. Posisi dolar saat ini berada di dekat level terlemah sejak Februari 2016.
Babak baru perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China berdampak buruk bagi dolar Australia.
AS mulai mengenakan bea masuk 15% untuk importasi produk asal China senilai US$ 125 miliar di antaranya smartwatch, televisi layar datar, dan alas kaki. Sebelumnya, total produk China yang sudah terkena bea masuk di AS mencapai US$ 250 juta.
Sementara China mengenakan bea masuk 5-10% untuk importasi produk made in the USA senilai US$ 75 miliar. Bea masuk baru ini mencakup 1.717 produk, termasuk minyak mentah. Ini adalah kali pertama minyak asal AS dibebani bea masuk di China.
Efek dari perang dagang sebelumnya sudah memberikan dampak pelambatan ekonomi yang signifikan, apalagi dengan adanya tarif baru ini, kondisi ekonomi global bisa saja semakin memburuk.
Selain buruknya sentimen dari eksternal, dolar Australia juga dibebani buruknya data ekonomi dari dalam negeri sendiri. Biro Statistik Australia Kamis pekan lalu melaporkan belanja modal swasta AS mengalami penurunan sebesar 0,5% di kuartal II-2019 dari tiga bulan pertama 2019 atau secara quarter-to-quarter.
Data ini merupakan salah satu leading indicator kesehatan ekonomi Australia, jika dunia usaha meningkatkan investasi berarti kondisi ekonomi membaik, sebaliknya jika investasi menurun, berarti dunia usaha melihat kondisi ekonomi sedang memburuk.
Memburuknya kondisi ekonomi Australia bisa mendorong bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) memangkas lagi suku bunganya. RBA sudah dua kali beruntun memangkas suku bunga masing-masing 25 basis poin (bps) ke rekor terendah 1% guna menstimulasi ekonomi yang melambat. RBA akan mengumumkan suku bunga Selasa (3/9/19) besok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Mata Uang "Underdog" Jadi Juara di Kuartal I-2022
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular