Dolar Australia Pukul Balik Rupiah
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2019 15:35
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia sempat melemah melawan rupiah pada perdagangan hari ini, bahkan hingga ke titik terlemah sejak 2016. Namun, perlahan mata uang Negeri Kanguru justru berbalik menguat.
Pada Senin (26/8/2019), AU$ 1 setara dengan Rp 9.503,35 kala pembukaan pasar. Ini adalah posisi terkuat rupiah sejak Maret 2016.
Namun seiring perjalanan pasar, dolar Australia berbalik menguat. Pada pukul 14:55 WIB, AU$ 1 dihargai Rp 9.616,1.
Memanasnya perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China sebenarnya sama-sama berdampak buruk bagi kedua mata uang, tetapi sepertinya dolar Australia lebih diuntungkan. Sebagai mata uang negara berkembang, rupiah dianggap lebih berisiko sehingga mengalami aksi jual yang lebih besar.
Perang dagang AS-China memanas setelah Beijing berencana menaikkan tarif bea masuk mulai dari 5% sampai 10% terhadap impor produk-produk AS senilai US$ 75 miliar. Kenaikan ini akan terjadi dalam dua tahap, 1 September dan 15 Desember.
Tidak hanya itu, China kembali mengenakan bea masuk sebesar 25% terhadap impor mobil dari AS sementara suku cadang kena bea masuk 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada April lalu, tetapi akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember.
Langkah China kembali membuat AS panas. Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25%, menjadi 30%.
Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya 10%.
Penguatan dolar Australia di pasar spot juga berdampak di kurs jual beli dalam negeri. Berikut kurs jual di beli di beberapa bank di Indonesia yang diambil dari situs resminya siang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Pada Senin (26/8/2019), AU$ 1 setara dengan Rp 9.503,35 kala pembukaan pasar. Ini adalah posisi terkuat rupiah sejak Maret 2016.
Namun seiring perjalanan pasar, dolar Australia berbalik menguat. Pada pukul 14:55 WIB, AU$ 1 dihargai Rp 9.616,1.
Perang dagang AS-China memanas setelah Beijing berencana menaikkan tarif bea masuk mulai dari 5% sampai 10% terhadap impor produk-produk AS senilai US$ 75 miliar. Kenaikan ini akan terjadi dalam dua tahap, 1 September dan 15 Desember.
Tidak hanya itu, China kembali mengenakan bea masuk sebesar 25% terhadap impor mobil dari AS sementara suku cadang kena bea masuk 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada April lalu, tetapi akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember.
Langkah China kembali membuat AS panas. Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25%, menjadi 30%.
Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya 10%.
Penguatan dolar Australia di pasar spot juga berdampak di kurs jual beli dalam negeri. Berikut kurs jual di beli di beberapa bank di Indonesia yang diambil dari situs resminya siang ini.
| Bank | Kurs Beli | Kurs Jual |
| BCA | 9.600,26 | 9.630,36 |
| BRI | 9.526,56 | 9.669,06 |
| Mandiri | 9.575,00 | 9.630,00 |
| BNI | 9.582,00 | 9.654,00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation
Most Popular