
Redanya Perang Dagang dan Data Ekonomi Positif Angkat SUN
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
31 August 2019 17:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat setelah terkoreksi di awal perdagangan di tengah sentimen dari data makroekonomi Amerika Serikat (AS) yang membaik dan potensi berlanjutnya perundingan Negeri Paman Sam dengan China.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya cermin SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0020 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 7,87 basis poin (bps) menjadi ??%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
konsumsi masyarakat AS masih kuat. Pada kuartal II-2019, konsumsi rumah tangga membukukan pertumbuhan tertinggi dalam empat setengah tahun, yakni sebesar 4,7%.
Pada kuartal III-2019, konsumsi masyarakat AS tampak masih akan tumbuh pesat, ditunjukkan oleh Indeks keyakinan konsumen (IKK) AS periode Agustus 2019 berada pada 135,1, jauh mengalahkan ekspektasi yang sebesar 129,3.
Tingginya angka IKK menunjukkan bahwa masyarakat AS memandang dengan sangat positif perekonomian di sana, serta mengindikasikan bahwa mereka akan mengeluarkan uang dalam jumlah yang lebih besar untuk aktivitas konsumsi.
Selain itu, faktor akan bertemunya AS dan China membuat pasar sumringah hari ini. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa AS dan China sedang mendiskusikan pertemuan tatap muka yang dijadwalkan untuk bulan September.
Jadi-tidaknya negosiasi dagang tatap muka tersebut akan ditentukan oleh apakah AS bisa menciptakan kondisi yang baik untuk negosiasi dagang tatap muka tersebut, seperti dilansir dari Reuters. Kementerian Perdagangan China tak memberi informasi lebih lanjut terkait dengan kondisi yang mereka maksud tersebut.
Sumber: Refinitiv
Sumber: IBPA
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,16 poin (0,06%) menjadi 295,06 dari posisi kemarin 258,9.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 583,6 bps, melebar dari posisi kemarin 583,3 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun 0,2 bps hingga 1,51% dari posisi kemarin 1,51%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seluruh pasang seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 2 tahun-10 tahun yang bertahan selama 6 hari berturut-turut sejak akhir pekan lalu, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Sebelumnya, inversi pasangan seri itu terjadi 5 kali sejak 1978 dan mengarah pada koreksi pasar saham dan resesi.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.012 triliun SBN, atau 38,55% dari total beredar Rp 2.625 triliun berdasarkan data per 29 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 118,94 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 4,11 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,63% menjadi 6.328 untuk Indeks Harga Gabungan (IHSG) dan 0,39% Rp14.180 per dolar AS untuk rupiah.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, China, Malaysia, Rusia, dan Thailand.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya cermin SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0020 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 7,87 basis poin (bps) menjadi ??%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
konsumsi masyarakat AS masih kuat. Pada kuartal II-2019, konsumsi rumah tangga membukukan pertumbuhan tertinggi dalam empat setengah tahun, yakni sebesar 4,7%.
Pada kuartal III-2019, konsumsi masyarakat AS tampak masih akan tumbuh pesat, ditunjukkan oleh Indeks keyakinan konsumen (IKK) AS periode Agustus 2019 berada pada 135,1, jauh mengalahkan ekspektasi yang sebesar 129,3.
Tingginya angka IKK menunjukkan bahwa masyarakat AS memandang dengan sangat positif perekonomian di sana, serta mengindikasikan bahwa mereka akan mengeluarkan uang dalam jumlah yang lebih besar untuk aktivitas konsumsi.
Selain itu, faktor akan bertemunya AS dan China membuat pasar sumringah hari ini. Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa AS dan China sedang mendiskusikan pertemuan tatap muka yang dijadwalkan untuk bulan September.
Jadi-tidaknya negosiasi dagang tatap muka tersebut akan ditentukan oleh apakah AS bisa menciptakan kondisi yang baik untuk negosiasi dagang tatap muka tersebut, seperti dilansir dari Reuters. Kementerian Perdagangan China tak memberi informasi lebih lanjut terkait dengan kondisi yang mereka maksud tersebut.
Yield Obligasi Negara Acuan 30 Aug'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 29 Aug'19 (%) | Yield 30 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 30 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.789 | 6.781 | -0.80 | 6.7385 |
FR0078 | 10 tahun | 7.349 | 7.354 | 0.50 | 7.3012 |
FR0068 | 15 tahun | 7.766 | 7.779 | 1.30 | 7.7404 |
FR0079 | 20 tahun | 7.894 | 7.878 | -1.60 | 7.8667 |
Avg movement | -0.15 |
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 30 Aug'19 | ||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 29 Aug'19 (%) | Yield 30 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0077 | 5 tahun | 6.7874 | 6.7385 | -4.89 |
FR0078 | 10 tahun | 7.3526 | 7.3012 | -5.14 |
FR0068 | 15 tahun | 7.7692 | 7.7404 | -2.88 |
FR0079 | 20 tahun | 7.8738 | 7.8667 | -0.71 |
Avg movement | -3.40 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,16 poin (0,06%) menjadi 295,06 dari posisi kemarin 258,9.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 583,6 bps, melebar dari posisi kemarin 583,3 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun 0,2 bps hingga 1,51% dari posisi kemarin 1,51%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seluruh pasang seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 2 tahun-10 tahun yang bertahan selama 6 hari berturut-turut sejak akhir pekan lalu, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Sebelumnya, inversi pasangan seri itu terjadi 5 kali sejak 1978 dan mengarah pada koreksi pasar saham dan resesi.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 30 Aug'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 29 Aug'19 (%) | Yield 30 Aug'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.992 | 1.987 | 3 bulan-5 tahun | 56.8 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.53 | 1.538 | 2 tahun-5 tahun | 11.9 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.454 | 1.459 | 3 tahun-5 tahun | 4 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.411 | 1.419 | 3 bulan-10 tahun | 46.7 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.517 | 1.52 | 2 tahun-10 tahun | 1.8 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.012 triliun SBN, atau 38,55% dari total beredar Rp 2.625 triliun berdasarkan data per 29 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 118,94 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 4,11 triliun.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,63% menjadi 6.328 untuk Indeks Harga Gabungan (IHSG) dan 0,39% Rp14.180 per dolar AS untuk rupiah.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, China, Malaysia, Rusia, dan Thailand.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 29 Aug'19 (%) | Yield 30 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.59 | 7.51 | -8.00 |
China | 3.049 | 3.016 | -3.30 |
Jerman | -0.693 | -0.706 | -1.30 |
Prancis | -0.415 | -0.415 | 0.00 |
Inggris | 0.438 | 0.443 | 0.50 |
India | 6.542 | 6.556 | 1.40 |
Jepang | -0.287 | -0.287 | 0.00 |
Malaysia | 3.31 | 3.294 | -1.60 |
Filipina | 4.373 | 4.418 | 4.50 |
Rusia | 7.19 | 7.1 | -9.00 |
Singapura | 1.702 | 1.732 | 3.00 |
Thailand | 1.45 | 1.41 | -4.00 |
Amerika Serikat | 1.516 | 1.518 | 0.20 |
Afrika Selatan | 8.175 | 8.185 | 1.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Most Popular