Analisis

Emas Jadi Korban Harapan Damai Dagang AS-China

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 August 2019 13:06
Emas Jadi Korban Harapan Damai Dagang AS-China
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indoensia - Harga emas melemah hampir 1% pada perdagangan Kamis kemarin, dan terlihat masih berlanjut hingga perdagangan Jumat (30/8/19) siang ini. Padahal pada perdagangan kemarin, harga emas dunia ini sempat menyentuh level US$ 1.550/troy ons.

Harapan akan adanya perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China memberikan angin segar ke pasar finansial dan menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar. Dampaknya, aset aman (safe haven) seperti emas menjadi kurang menarik, pelaku pasar kembali masuk ke aset berisiko seperti saham yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Sepanjang bulan Agustus pelaku pasar dibuat cemas akan eskalasi perang dagang AS-China yang membuat permintaan emas sebagai aset safe haven meningkat dan harganya melesat naik.


Hal tersebut bermula dari AS yang mengenakan tarif baru impor produk dari China. Total nilai produk yang akan dikenakan tarif impor sebesar US$ 300 miliar.

China kemudian membalas kebijakan AS dengan mendevaluasi nilai tukar yuan hingga ke level terendah lebih dari satu dekade terhadap dolar AS. Kebijakan tersebut membuat pelaku pasar cemas perang dagang akan juga mengarah ke perang mata uang.



China ditengarai sengaja mendevaluasi mata uangnya untuk mendapat keunggulan kompetitif di perdagangan international. Produk China menjadi lebih murah, sehingga efek tarif impor tinggi dari AS bisa diminimalisir.

Sikap AS kemudian melunak, dan menunda kenaikan tarif sebagian produk China, bahkan ada yang dibatalkan.

Tetapi secara tiba-tiba pada Jumat (23/8/19) lalu, China menaikkan tarif impor untuk produk AS. Pemerintah China akan menaikkan tarif impor mulai dari 5% sampai 10% terhadap produk-produk dari Paman Sam senilai US$ 75 miliar, dan mulai berlaku pada 1 September dan 15 Desember.

Tidak hanya itu, China kembali mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil dari AS yang akan masuk ke China, dan untuk suku cadangnya akan dikenakan tarif sebesar 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada bulan April lalu, dan kini akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember.


Kejutan dari China tersebut membuat Presiden Trump geram. Tidak berselang lama ia mengumumkan melalui Twitter bahwa Negeri Paman Sam akan menaikkan bea masuk dari 25% menjadi 30% bagi impor produk China senilai US$ 250 miliar. Selain itu, Trump juga akan mengeksekusi bea masuk baru bagi importasi produk-produk China senilai US$ 300 miliar dengan tarif 15%.

Hubungan kedua negara pun memanas sejak saat itu, dan baru mereda sejak Kamis kemarin setelah China menyatakan tidak akan membalas kenaikan impor AS dan ingin melakukan perundingan dagang.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mengutip Reuters Kamis kemarin, Kementerian Perdagangan China mengungkapkan saat ini Beijing dan Washington sedang membahas pertemuan tatap muka dalam waktu dekat. 

Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menyatakan kedua pihak harus menciptakan suasana yang kondusif jika ingin meraih hasil positif dalam perundingan tersebut. China sendiri, katanya, terus berusaha menghindari eskalasi dan bersedia untuk menyelesaikan perselisihan secara tenang. 
"Sejauh yang saya tahu, delegasi kedua negara terus melakukan komunikasi yang efektif. Kami berharap AS menunjukkan ketulusan dan aksi konkret," kata Gao.

Presiden AS, Donald Trump, juga merespon positif komentar dari China. Presiden Trump mengungkapkan hari ini akan ada pembicaraan di antara delegasi kedua negara untuk mempersiapkan pertemuan pada bulan depan. 


"Ada pembicaraan yang terjadwal hari ini, tetapi levelnya berbeda. China sangat ingin membuat kesepakatan (dagang). Kita lihat saja nanti," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News Radio, seperti dikutip dari Reuters

Setelah selama sebulan pasar finansial dibayangi awan gelap perang dagang, kabar akan adanya perundingan tentu menjadi setitik cahaya cerah. Para pelaku pasar kembali masuk ke aset berisiko, aset safe haven emas mulai ditinggalkan untuk sementara. 

Meski ada kabar bagus dari AS-China, tetapi masih ada satu hal yang mengganjal di benak para pelaku pasar, yakni resesi. 


Perang dagang yang sudah berlangsung sejak tahun lalu telah membuat perekonomian global melambat. Dan pada 1 September nanti, baik AS maupun China secara resmi akan mengenakan tarif impor baru. Jika damai dagang belum akan terjadi dalam waktu dekat, perekonomian global kemungkinan akan semakin melambat, dan ancaman resesi semakin nyata. 

Kabar akan adanya perundingan dagang AS-China membuat harga emas melemah, tetapi "hantu" resesi yang masih bergentayangan bisa kembali mengangkat harga emas sewaktu-waktu.

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Harga emas berhasil mencapai target penguatan ke US$ 1.550/troy ons pada Kamis kemarin, sebelum berbalik melemah. Pada hari ini pukul 13:32 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1527,62/troy ons berdasarkan data investing.com

Emas Jadi Korban Harapan Damai Dagang AS-China Grafik: Emas (XAU/USD) Harian
Sumber: investing.com


Pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di kisaran rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), dan di atas MA 21 hari (garis merah), serta MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram kembali ke wilayah negatif, memberikan gambaran momentum penguatan emas dalam jangka menengah kembali berkurang. 

Emas Jadi Korban Harapan Damai Dagang AS-China Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, dan di bawah MA 21 serta MA 125. Indikator stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold). 

Emas terlihat kembali berhasil menembus ke atas level US$ 1.526, yang kini menjadi support terdekat. Jika kembali menembus dan bergerak konsisten di bawah level tersebut, emas berpeluang turun ke area US$ 1.519. Support selanjutnya jika area US$ 1.519 ditembus adalah area US$ 1.514. 

Sementara jika mampu bertahan di atas US$ 1.526, emas berpotensi naik menguji area US$ 1.530. Resisten selanjutnya jika US$ 1.530 ditembus adalah US$ 1.535. 

Harga emas cenderung masih akan melemah selama tertahan di bawah level US$ 1.530/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular