
Analisis
Emas Jadi Korban Harapan Damai Dagang AS-China
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 August 2019 13:06

Mengutip Reuters Kamis kemarin, Kementerian Perdagangan China mengungkapkan saat ini Beijing dan Washington sedang membahas pertemuan tatap muka dalam waktu dekat.
Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menyatakan kedua pihak harus menciptakan suasana yang kondusif jika ingin meraih hasil positif dalam perundingan tersebut. China sendiri, katanya, terus berusaha menghindari eskalasi dan bersedia untuk menyelesaikan perselisihan secara tenang.
"Sejauh yang saya tahu, delegasi kedua negara terus melakukan komunikasi yang efektif. Kami berharap AS menunjukkan ketulusan dan aksi konkret," kata Gao.
Presiden AS, Donald Trump, juga merespon positif komentar dari China. Presiden Trump mengungkapkan hari ini akan ada pembicaraan di antara delegasi kedua negara untuk mempersiapkan pertemuan pada bulan depan.
"Ada pembicaraan yang terjadwal hari ini, tetapi levelnya berbeda. China sangat ingin membuat kesepakatan (dagang). Kita lihat saja nanti," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News Radio, seperti dikutip dari Reuters.
Setelah selama sebulan pasar finansial dibayangi awan gelap perang dagang, kabar akan adanya perundingan tentu menjadi setitik cahaya cerah. Para pelaku pasar kembali masuk ke aset berisiko, aset safe haven emas mulai ditinggalkan untuk sementara.
Meski ada kabar bagus dari AS-China, tetapi masih ada satu hal yang mengganjal di benak para pelaku pasar, yakni resesi.
Perang dagang yang sudah berlangsung sejak tahun lalu telah membuat perekonomian global melambat. Dan pada 1 September nanti, baik AS maupun China secara resmi akan mengenakan tarif impor baru. Jika damai dagang belum akan terjadi dalam waktu dekat, perekonomian global kemungkinan akan semakin melambat, dan ancaman resesi semakin nyata.
Kabar akan adanya perundingan dagang AS-China membuat harga emas melemah, tetapi "hantu" resesi yang masih bergentayangan bisa kembali mengangkat harga emas sewaktu-waktu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(pap/pap)
Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menyatakan kedua pihak harus menciptakan suasana yang kondusif jika ingin meraih hasil positif dalam perundingan tersebut. China sendiri, katanya, terus berusaha menghindari eskalasi dan bersedia untuk menyelesaikan perselisihan secara tenang.
"Sejauh yang saya tahu, delegasi kedua negara terus melakukan komunikasi yang efektif. Kami berharap AS menunjukkan ketulusan dan aksi konkret," kata Gao.
Presiden AS, Donald Trump, juga merespon positif komentar dari China. Presiden Trump mengungkapkan hari ini akan ada pembicaraan di antara delegasi kedua negara untuk mempersiapkan pertemuan pada bulan depan.
"Ada pembicaraan yang terjadwal hari ini, tetapi levelnya berbeda. China sangat ingin membuat kesepakatan (dagang). Kita lihat saja nanti," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News Radio, seperti dikutip dari Reuters.
Setelah selama sebulan pasar finansial dibayangi awan gelap perang dagang, kabar akan adanya perundingan tentu menjadi setitik cahaya cerah. Para pelaku pasar kembali masuk ke aset berisiko, aset safe haven emas mulai ditinggalkan untuk sementara.
Meski ada kabar bagus dari AS-China, tetapi masih ada satu hal yang mengganjal di benak para pelaku pasar, yakni resesi.
Perang dagang yang sudah berlangsung sejak tahun lalu telah membuat perekonomian global melambat. Dan pada 1 September nanti, baik AS maupun China secara resmi akan mengenakan tarif impor baru. Jika damai dagang belum akan terjadi dalam waktu dekat, perekonomian global kemungkinan akan semakin melambat, dan ancaman resesi semakin nyata.
Kabar akan adanya perundingan dagang AS-China membuat harga emas melemah, tetapi "hantu" resesi yang masih bergentayangan bisa kembali mengangkat harga emas sewaktu-waktu.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(pap/pap)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular