
Dalam Kondisi Begini, Rupiah Melemah Tipis Saja Sudah Bagus

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Namun rupiah hanya melemah tipis, yang sudah merupakan prestasi tersendiri.
Pada Kamis (29/8/2019) pukul 11:44 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.255. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Hari ini, isu ancaman resesi masih membayangi pasar keuangan. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor dua dan 10 tahun masih mengalami inversi, bahkan jaraknya semakin lebar. Inversi berarti yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang yang menandakan investor melihat ada risiko yang lebih besar dalam jangka pendek.
Data dari Credit Suisse menunjukkan sejak 1978 terjadi lima kali inversi yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun dan 10 tahun. Semuanya menjadi awal terjadinya resesi. Rata-rata resesi akan terjadi 22 bulan setelah inversi.
Sementara itu dari Inggris, Perdana Menteri (PM) Boris Johnson, mengambil langkah untuk membatasi Parlemen Inggris menggagalkan rencana Brexit. PM Johnson berencana menetapkan Pidato Ratu Inggris (Queen's Speech) pada tanggal 14 Oktober, yang menjadi awal resmi parlemen Inggris kembali aktif.
Hal tersebut tentunya membuat parlemen Inggris memiliki waktu yang singkat untuk membahas rencana Brexit PM Johnson, dan jika hingga 31 Oktober tidak ada keputusan, maka Inggris secara otomatis akan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan alias no-deal.
No-deal Brexit menjadi kecemasan utama pelaku pasar, ekonomi Inggris dikhawatirkan akan terguncang bahkan masuk ke jurang resesi.
Resesi di AS, resesi di Inggris, bahkan mungkin juga akan menyeret Eropa ke dalam resesi. Resesi menjadi "hantu" yang terus menggentayangi dunia finansial global, menebar kecemasan dan ketakutan dibenak para pelaku pasar.
Dalam kondisi seperti ini, rupiah yang merupakan aset mata uang emerging market tentunya dalam tekanan. Para pelaku pasar akan mengalihkan investasinya ke aset-aset yang dianggap aman, seperti emas, obligasi pemerintah AS, dan mata uang seperti yen Jepang, franc Swiss, termasuk juga dolar AS.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
