Pasar Obligasi Negara Lain Naik, Pasar SUN RI Masih Koreksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
29 August 2019 11:34
Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis pada sesi awal perdagangan hari ini.
Foto: Sun, Ilustrasi Oligasi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis pada sesi awal perdagangan hari ini akibat masih memanasnya perang dagang Amerika Serikat (AS)-China serta membesarnya potensi non-deal Brexit.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain yang bersifat sebagai instrumen lindung nilai di saat pasar keuangan berkontraksi (safe haven instrument).

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR00 yang bertenor 79 tahun dengan kenaikan yield 2,5 basis poin (bps) menjadi 7,88%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 
Yield Obligasi Negara Acuan 29 Aug'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 28 Aug'19 (%)

Yield 29 Aug'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 28 Aug'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.781

6.789

0.80

6.7398

FR0078

10 tahun

7.327

7.347

2.00

7.307

FR0068

15 tahun

7.747

7.759

1.20

7.7356

FR0079

20 tahun

7.857

7.882

2.50

7.8547

Avg movement

1.62

Sumber: Refinitiv

 

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 589 bps, melebar dari posisi kemarin 585 bps.

Yield US Treasury
10 tahun turun lagi 1,7 bps hingga 1,45% dari posisi kemarin 1,46%. Koreksi surat utang pemerintah AS tersebut sudah terjadi berturut-turut sejak berada pada yield 2,05% pada 26 Agustus.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seluruh seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai terjadi beruntun, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.


Yield
US Treasury Acuan 29 Aug'19

Seri

Benchmark

Yield 27 Aug'19 (%)

Yield 28 Aug'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.972

1.992

3 bulan-5 tahun

64.3

UST 2020

2 Tahun

1.504

1.494

2 tahun-5 tahun

14.5

UST 2021

3 Tahun

1.422

1.405

3 tahun-5 tahun

5.6

UST 2023

5 Tahun

1.374

1.349

3 bulan-10 tahun

54.1

UST 2028

10 Tahun

1.468

1.451

2 tahun-10 tahun

4.3

Sumber: Refinitiv


Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.008,98 triliun SBN, atau 38,67% dari total beredar Rp 2.609,42 triliun berdasarkan data per awal pekan ini (26/8/19).

Angka kepemilikannya masih positif Rp 115,73 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 900 miliar.


Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi pada rupiah di pasar valas, yang turun 0,04% menjadi Rp 14.255 per dolar AS, sedangkan pasar saham masih menguat yang ditandai dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 0,12% menjadi 6.289.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan terjadi secara luas. Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif baik dari perang dagang AS-China maupun Brexit.

Instrumen utang pemerintah negara lain masih dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas, lain halnya dengan obligasi pemerintah Indonesia.

  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 27 Aug'19 (%)

Yield 28 Aug'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

7.42

7.59

17.00

China

3.07

3.06

-1.00

Jerman

-0.718

-0.711

0.70

Prancis

-0.442

-0.428

1.40

Inggris

0.444

0.439

-0.50

India

6.521

6.564

4.30

Jepang

-0.273

-0.278

-0.50

Malaysia

3.303

3.307

0.40

Filipina

4.44

4.44

0.00

Rusia

7.19

7.19

0.00

Singapura

1.684

1.678

-0.60

Thailand

1.45

1.44

-1.00

Amerika Serikat

1.468

1.451

-1.70

Afrika Selatan

8.22

8.195

-2.50

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular