Inversi Obligasi AS & Perang Dagang Bikin Harga SUN Koreksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 August 2019 11:40
Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada Rabu ini.
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada Rabu ini (28/8/2019) akibat tekanan dari sentimen negatif inversi tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Inversi tersebut mencerminkan kekhawatiran pelaku pasar global yang memprediksi besarnya potensi resesi ekonomi Negeri Paman Sam dalam waktu dekat, yang terutama diperkeruh oleh hubungan dagang AS-China yang justru semakin runyam.
 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
 

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.  


Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 dan FR0078 yang bertenor 5 tahun dan 10 tahun dengan kenaikan yield sama-sama 3,3 basis poin (bps) menjadi 6,77% dan 7,31%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.    

Maximilanus Nico Demus, Associate Director Research and Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai s
aat ini pelaku pasar keuangan dunia masih dibingungkan dengan bantahan pemerintah China bahwa mereka belum melakukan komunikasi dengan Washington.

Presiden AS Donald Trump dan jajarannya sebelumnya menyatakan sudah melakukan komunikasi melalui sambungan telepon dengan Beijing dalam rangka menenangkan dunia yang khawatir dengan kondisi baku ancam penaikan tarif impor dari masing-masing negara tersebut.

Faktor lain yang diperhatikan pasar adalah mulai menguatnya harga minyak mentah sejak 2 hari terakhir di tengah kondisi turunnya tingkat persediaan (inventory) komoditas tersebut di AS.

Yield Obligasi Negara Acuan 28 Aug'19
SeriJatuh tempoYield 27 Aug'19 (%)Yield 28 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 27 Aug'19 (%)
FR00775 tahun6.7396.7723.306.69
FR007810 tahun7.2777.313.307.253
FR006815 tahun7.6997.733.107.6762
FR007920 tahun7.837.852.007.8327
Avg movement2.93
Sumber: Refinitiv  

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 583 bps, melebar dari posisi kemarin 573 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun lagi 1,1 bps hingga di bawah level psikologis 1,5%, tepatnya menjadi 1,47% dari posisi kemarin sore waktu Indonesia 1,5%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada hampir seluruh pasangan tenor acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 2 tahun-10 tahun yang muncul-tenggelam pada 13 dan 22 Agustus dan semalam bertahan hingga akhir ini dan memicu kembali kekhawatiran pelaku pasar global. Inversi kedua seri tersebut merupakan indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.  

Yield US Treasury Acuan 28 Aug'19
SeriBenchmarkYield 27 Aug'19 (%)Yield 28 Aug'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan1.9951.9953 bulan-5 tahun60.6
UST 20202 Tahun1.5281.5182 tahun-5 tahun12.9
UST 20213 Tahun1.4431.4413 tahun-5 tahun5.2
UST 20235 Tahun1.3921.3893 bulan-10 tahun51.6
UST 202810 Tahun1.491.4792 tahun-10 tahun3.9
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.008,98 triliun SBN, atau 38,67% dari total beredar Rp 2.609,42 triliun berdasarkan data per awal pekan ini (26/8/19).  

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 115,73 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 900 miliar. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi pada rupiah di pasar valas yang turun 0,08% menjadi Rp 14.261 per dolar AS sedangkan pasar ekuitas dan. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di China, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Afsel sedangkan di negara maju masih mampu mengangkat harga JGBs Jepang dan US Treasury AS.

Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 27 Aug'19 (%)Yield 28 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.3857.423.50
China3.0753.072-0.30
Jerman-0.697-0.6960.10
Prancis-0.415-0.4130.20
Inggris 0.5030.5050.20
India6.4726.5214.90
Jepang-0.264-0.278-1.40
Malaysia3.3213.311-1.00
Filipina4.4634.4751.20
Rusia7.217.243.00
Singapura1.7031.686-1.70
Thailand1.461.42-4.00
Amerika Serikat1.491.479-1.10
Afrika Selatan8.2658.22-4.50
Sumber: Refinitiv   


TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/tas) Next Article Menanti Pertemuan AS-China di Chili, Pasar Obligasi Bisa Flat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular