
IHSG Bergerak Terbatas, 4 Saham LQ45 Melesat di Atas 2%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
28 August 2019 11:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah-tengah kondisi pasar keuangan Tanah Air yang dipenuhi kecemasan pada perdagangan sesi I hari ini (28/8/2019) terdapat emiten likuid yang mampu melaju, bahkan ada yang melesat hingga 4%.
Pergerakan saham-saham itulah yang secara tidak langsung mampu membuat bursa saham utama Indonesia anteng berada di zona hijau.
Keempat emiten tersebut di antaranya PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang melesat 4% ke level Rp 910/unit saham, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 2,66% menjadi Rp 12.525/unit saham, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menguat 2,21% ke Rp 4.170/unit saham, dan PT Medco Energi International Tbk (MEDC) naik 2,07% ke level Rp 740/unit saham.
Emiten-emiten di atas adalah penunggu jajaran indeks LQ45 yang merupakan deretan 45 saham paling likuid yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada dasarnya, bursa saham Tanah Air bergerak cenderung landai pada perdagangan pagi ini, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mencatatkan penguatan sebesar 0,19% menjadi 6.290,4 poin.
Besar kemungkinan, pergerakan IHSG dibatasi oleh indikasi resesi yang kembali menghantui pasar keuangan global dan ketidakpastian terkait hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Pada pukul 11:00 WIB, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS lagi-lagi menunjukkan inversi, di mana yield obligasi tenor 2 tahun ada di 1,522%, sedangkan tenor 10 tahun sebesar 1,4844% .
Untuk diketahui, Inversi berarti yield jangka pendek lebih tinggi ketimbang yang jangka panjang, menandakan investor meminta jaminan lebih karena menilai ada risiko dalam waktu dekat.
Sementara itu, tensi perang dagang antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tiongkok yang belum mereda juga turut memaksa pelaku pasar bermain aman.
Terlebih lagi, jika ternyata ancaman pengenaan tarif impor senilai 15% pada produk asal China senilai US$ 300 miliar akan benar-benar diberlakukan pada 1 September mendatang.
"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump di Twitter.
China pun mengancam balik dengan mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.
"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Walau IHSG Terkapar 3% Lebih, 6 Saham LQ45 ini Tetap Hijau
Pergerakan saham-saham itulah yang secara tidak langsung mampu membuat bursa saham utama Indonesia anteng berada di zona hijau.
Keempat emiten tersebut di antaranya PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang melesat 4% ke level Rp 910/unit saham, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 2,66% menjadi Rp 12.525/unit saham, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menguat 2,21% ke Rp 4.170/unit saham, dan PT Medco Energi International Tbk (MEDC) naik 2,07% ke level Rp 740/unit saham.
Pada dasarnya, bursa saham Tanah Air bergerak cenderung landai pada perdagangan pagi ini, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mencatatkan penguatan sebesar 0,19% menjadi 6.290,4 poin.
Besar kemungkinan, pergerakan IHSG dibatasi oleh indikasi resesi yang kembali menghantui pasar keuangan global dan ketidakpastian terkait hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Pada pukul 11:00 WIB, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS lagi-lagi menunjukkan inversi, di mana yield obligasi tenor 2 tahun ada di 1,522%, sedangkan tenor 10 tahun sebesar 1,4844% .
Untuk diketahui, Inversi berarti yield jangka pendek lebih tinggi ketimbang yang jangka panjang, menandakan investor meminta jaminan lebih karena menilai ada risiko dalam waktu dekat.
Sementara itu, tensi perang dagang antara Negeri Paman Sam dan Negeri Tiongkok yang belum mereda juga turut memaksa pelaku pasar bermain aman.
Terlebih lagi, jika ternyata ancaman pengenaan tarif impor senilai 15% pada produk asal China senilai US$ 300 miliar akan benar-benar diberlakukan pada 1 September mendatang.
"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump di Twitter.
China pun mengancam balik dengan mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.
"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Walau IHSG Terkapar 3% Lebih, 6 Saham LQ45 ini Tetap Hijau
Most Popular