Prospek Perekonomian AS Lebih Cerah, IHSG Berani Menguat Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 August 2019 09:50
Prospek Perekonomian AS Lebih Cerah, IHSG Berani Menguat Lagi
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,18% ke level 6.289,65. Pada pukul 09:40 WIB, indeks saham acuan di Indonesia tersebut sudah memperlebar penguatannya menjadi 0,21% ke level 6.291,01.

IHSG masih memiliki bensin untuk menguat pasca kemarin (27/8/2019) sudah melejit sebesar 1,02%.

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga sedang ditransaksikan menguat. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 0,17%, indeks Hang Seng menguat 0,14%, indeks Straits Times terapresiasi 0,05%, dan indeks Kospi bertambah 0,57%.

Rilis data ekonomi AS yang menggembirakan menjadi faktor utama yang memantik aksi beli di bursa saham benua Kuning. Kemarin, angka indeks keyakinan konsumen AS periode Agustus 2019 diumumkan di level 135,1 oleh The Conference Board, jauh mengalahkan ekspektasi yang sebesar 129,3, seperti dilansir dari Forex Factory.

Tingginya angka IKK menunjukkan bahwa masyarakat AS memandang dengan sangat positif perekonomian di sana, serta mengindikasikan bahwa mereka akan mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk aktivitas konsumsi.

Mengingat lebih dari 50% perekonomian AS dibentuk oleh konsumsi rumah tangga, tentu tingginya indeks keyakinan konsumen menjadi kabar baik bagi perekonomian Negeri Paman Sam, sekaligus perekonomian dunia.

Di sisi lain, aksi beli yang dilakukan oleh pelaku pasar dibatasi oleh sikap China yang mulai berang dengan klaim sepihak dari Presiden AS Donald Trump.

Berbicara di hadapan reporter di sela-sela pertemuan dengan para pimpinan negara-negara Group of Seven (G-7) di Prancis, Trump menyebut bahwa kedua negara akan mulai berbincang dengan sangat serius.

"China menelepon delegasi tingkat tinggi kami di bidang perdagangan tadi malam dan mengatakan 'mari kembali ke meja perundingan' sehingga kami akan melakukannya dan saya rasa mereka ingin melakukan sesuatu. Mereka telah sangat tersakiti namun mereka sadar bahwa inilah langkah yang tepat untuk dilakukan dan saya memiliki rasa hormat yang besar untuk itu. Ini adalah perkembangan yang sangat positif untuk dunia," kata Trump, dilansir dari CNBC International.

Namun kemudian, pihak China membantah bahwa pembicaraan via sambungan telepon itu dilakukan. Kemarin malam waktu setempat, China kembali buka suara. China kembali menegaskan bahwa perbincangan melalui sambungan telepon yang dibangga-banggakan oleh Trump tersebut tidak pernah terjadi.

"Saya belum mendengar kejadian terkait dua sambungan telepon yang disebut oleh pihak AS pada akhir pekan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dilansir dari CNBC International.

China kemudian mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan AS yang kembali menetapkan bea masuk yang lebih tinggi bagi importasi produk asal China. Menurut Beijing, langkah AS tersebut sama sekali tak konstruktif.

"Sangat disayangkan bahwa AS telah lebih lanjut menaikkan bea masuk bagi produk ekspor China ke AS. Tekanan yang ekstrim ini benar-benar berbahaya bagi kedua belah pihak dan sama sekali tidak konstruktif," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang, dilansir dari CNBC International.
Di sisi lain, pelaku pasar patut berhati-hati. Pasalnya, rupiah kembali terdepresiasi pada hari ini. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.260/dolar AS. Jika pelemahan rupiah bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai depresiasi selama tiga hari beruntun.

Rupiah melemah seiring dengan melonjaknya harga minyak mentah dunia. Hingga berita ini diturunkan, harga minyak WTI kontrak acuan melejit 1% ke level US$ 55,48/barel, sementara harga minyak brent kontrak acuan menguat 0,62% ke level US$ 59,88/barel.

Kemarin, kelompok industri perminyakan, American Petroleum Institute (API), mengumumkan bahwa stok minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 23 Agustus 2019 turun hingga 11,1 juta barel. Angka penurunan tersebut jauh lebih dalam ketimbang ekspektasi analis yang dihimpun Reuters sebanyak 2 juta barel.

Data resmi pemerintah AS akan dirilis pada malam hari nanti waktu Indonesia. Jika angka perkiraan API benar, makan akan menandakan penurunan stok paling dalam sejak 9 pekan lalu.

Kenaikan harga minyak mentah dunia bisa membawa petaka bagi Indonesia selaku negara net importir minyak. Dengan harga minyak mentah yang lebih tinggi, defisit neraca minyak dan gas (migas) Indonesia bisa membengkak, yang pada akhirnya akan memperburuk defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD).

Untuk diketahui, transaksi berjalan merupakan faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen Neraca Pembayaran Indonesia/NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Hingga berita ini diturunkan, investor asing tercatat membukukan jual bersih senilai Rp 16,1 miliar di pasar reguler. Jika pelemahan rupiah terus bertahan atau bahkan bertambah dalam, investor asing bisa kian gencar melepas saham-saham di tanah air dan mendorong IHSG ke zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular