Rupiah Jadi Korban PHP Damai Dagang AS-China

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 August 2019 16:08
Faktor Domestik dan Eksternal Persulit Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Dari dalam negeri, sepertinya rupiah terpapar aksi jual karena tingginya kebutuhan valas korporasi. Seperti biasa, kebutuhan valas korporasi jelang akhir bulan memang sedang tinggi karena keperluan pembayaran utang, impor, dan sebagainya. 

Dalam situasi seperti ini, rupiah memang rentan melemah. Korporasi melepas rupiah untuk ditukarkan ke valas sehingga mata uang Tanah Air cenderung melemah. 

Sementara dari sisi eksternal, rupiah dan mata uang Asia menjadi korban Pemberi Harapan Palsu (PHP) damai dagang AS-China. Kemarin sore waktu Indonesia, tersiar kabar bahwa Washington siap kembali ke meja perundingan untuk bernegosiasi dengan Beijing. 

Mengutip Reuters, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan China mulai membuka diri untuk bernegosiasi. Presiden ke-46 Negeri Adidaya itu mengatakan delegasi China sudah menjalin kontak dengan kompatriotnya di AS dan siap kembali ke meja perundingan. 

Trump mengungkapkan bahwa perundingan dagang AS-China akan dimulai kembali dalam waktu dekat. Bahkan dirinya lumayan yakin hasilnya bisa positif. 

"Kami akan memulai kembali proses negosiasi secepatnya. Saya rasa kami akan mencapai kesepakatan. China tidak ingin kehilangan rantai pasok mereka. AS akan mulai bicara serius dengan China," katanya. 

Akan tetapi, muncul kesimpangsiuran. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menyatakan belum mengetahui ada perwakilan dari Beijing yang menelepon ke Washington. Padahal biasanya Kementerian Luar Negeri China rajin memberikan kabar terbaru soal friksi dagang dengan AS. 


Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Hu Xijin, Editor harian Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah. Menurutnya memang belum ada kontak di level pejabat tinggi. 

"Sejauh yang saya tahu, negosiator tingkat tinggi AS dan China tidak mengadakan pembicaraan di telepon dalam beberapa hari ini. Kedua pihak terus berkomunikasi tetapi di tataran teknis yang mungkin tidak signifikan sampai harus disebut-sebut oleh Presiden Trump. "China tidak akan mengubah posisinya. Kami tidak akan menyerah terhadap tekanan AS," tegas Hu. 


Oleh karena itu, investor kembali bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah benar AS-China kembali menjalin komunikasi? Atau itu hanya klaim sepihak dari Trump? 

Dilanda oleh ketidakpastian, pelaku pasar belum mau terlampau agresif dan masih memasang mode bermain aman. Akibatnya, rupiah cs di Asia terombang-ambing di lautan kegalauan.



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular