
Internasional
Perang Dagang, Investor Diminta Percaya China Bukan Trump
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
27 August 2019 11:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Klaim Presiden Amerika Serikat (AS) terkait keinginan China untuk berdamai menuai komentar dari sejumlah pihak. Bahkan, salah seorang analis menilai investor sebaiknya waspada dan tidak serta merta percaya pada perkataan Donald Trump.
Setidaknya, hal inilah yang ditegaskan seorang pengamat di AS, Jim Cramer. "Saya tidak mau mengatakan bahwa dia berbohong. Kami bisa meragukannya, tetapi pada akhirnya kami meragukan sesosok pria yang tidak ingin pasar jatuh," katanya seperti dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (27/08/2019).
Sebagaimana diketahui, setelah pernyataan Trump dimuat media Senin, sejumlah argumen datang dari pejabat China. Namun sayangnya, mereka menolak klaim keinginan bernegosiasi dengan AS.
"Saya sangat terkejut (bahwa sebaiknya) kita lebih mempercayai Republik Rakyat China daripada kita mempercayai Gedung Putih," katanya lagi. Ia menuturkan percaya ke Trump sangat bahaya dan mahal.
Lagipula, China sepertinya belum menganggap Trump sebagai sebuah ancaman serius. Menurutnya, sebaiknya investor percaya bahwa target Trump saat ini hanya melemahkan ekonomi China.
Sebelumnya Trump sempat menyatakan pejabat China sudah menghubungi pihaknya untuk bernegosiasi melalui telepon. "Tadi malam China memanggil orang-orang perdagangan utama kami dan berkata mari kita kembali pada pembicaraan," kata Trump kepada wartawan di sela-sela KTT G-7 di Prancis.
Meski enggan berbicara banyak, Trump menegaskan bahwa pembicaraan antara AS dan pejabat perdagangan China telah mencapai pembicaraan tingkat tertinggi. Namun, kepala redaksi Global Times, sebuah tabloid yang dikontrol oleh Partai Komunis China yang juga juru bicara pemerintah menuliskan hal yang berbeda.
"Kedua belah pihak telah berhubungan satu sama lain di tingkat teknis. Taoi ini tidak memiliki signifikansi yang sama seperti yang disampaikan oleh Presiden Trump," katanya dalam postingan twitter pada Senin. "China tidak akan menyerah pada tekanan AS,".
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article AS-China Nego Damai, Wall Street Ditutup Menguat
Setidaknya, hal inilah yang ditegaskan seorang pengamat di AS, Jim Cramer. "Saya tidak mau mengatakan bahwa dia berbohong. Kami bisa meragukannya, tetapi pada akhirnya kami meragukan sesosok pria yang tidak ingin pasar jatuh," katanya seperti dilansir dari CNBC Internasional, Selasa (27/08/2019).
Sebagaimana diketahui, setelah pernyataan Trump dimuat media Senin, sejumlah argumen datang dari pejabat China. Namun sayangnya, mereka menolak klaim keinginan bernegosiasi dengan AS.
Lagipula, China sepertinya belum menganggap Trump sebagai sebuah ancaman serius. Menurutnya, sebaiknya investor percaya bahwa target Trump saat ini hanya melemahkan ekonomi China.
Sebelumnya Trump sempat menyatakan pejabat China sudah menghubungi pihaknya untuk bernegosiasi melalui telepon. "Tadi malam China memanggil orang-orang perdagangan utama kami dan berkata mari kita kembali pada pembicaraan," kata Trump kepada wartawan di sela-sela KTT G-7 di Prancis.
Meski enggan berbicara banyak, Trump menegaskan bahwa pembicaraan antara AS dan pejabat perdagangan China telah mencapai pembicaraan tingkat tertinggi. Namun, kepala redaksi Global Times, sebuah tabloid yang dikontrol oleh Partai Komunis China yang juga juru bicara pemerintah menuliskan hal yang berbeda.
"Kedua belah pihak telah berhubungan satu sama lain di tingkat teknis. Taoi ini tidak memiliki signifikansi yang sama seperti yang disampaikan oleh Presiden Trump," katanya dalam postingan twitter pada Senin. "China tidak akan menyerah pada tekanan AS,".
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef) Next Article AS-China Nego Damai, Wall Street Ditutup Menguat
Most Popular