Damai Dagang AS-China Masih Tanda Tanya, Rupiah Gundah Gulana

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 August 2019 10:28
Damai Dagang AS-China Masih Tanda Tanya, Rupiah Gundah Gulana
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Sementara di pasar spot, rupiah belum menemukan posisi yang nyaman, masih maju-mundur.

Pada Selasa (27/8/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.235. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Namun di pasar spot, rupiah masih galau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.235, sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kala pembukaan pasar spot, rupiah melemah tipis 0,04%. Selepas itu rupiah sempat menguat meski dalam kisaran terbatas. Kini rupiah malah stagnan, masih bimbang menentukan arah.


Namun para tetangga rupiah terlihat lebih ajeg dan nyaman di zona hijau. Sejauh ini hanya yuan China, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, dan dolar Singapura yang melemah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:08 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kalau melihat yen Jepang masih menguat, dan penguatannya paling tajam di Asia, terlihat bahwa sebenarnya pelaku pasar belum berani terlalu agresif. Arus modal masih menyemut di sekitar aset aman (safe haven) seperti mata uang Negeri Matahari Terbit.


Oke, harapan damai dagang AS-China memang kembali terbuka. Kemarin sore waktu Indonesia, tersiar kabar bahwa Washington siap kembali ke meja perundingan untuk bernegosiasi dengan Beijing.

Mengutip Reuters, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan China mulai membuka diri untuk bernegosiasi. Presiden ke-46 Negeri Adidaya itu mengatakan delegasi China sudah menjalin kontak dengan kompatriotnya di AS dan siap kembali ke meja perundingan.

Trump mengungkapkan bahwa perundingan dagang AS-China akan dimulai kembali dalam waktu dekat. Bahkan dirinya lumayan yakin hasilnya bisa positif.

"Kami akan memulai kembali proses negosiasi secepatnya. Saya rasa kami akan mencapai kesepakatan. China tidak ingin kehilangan rantai pasok mereka. AS akan mulai bicara serius dengan China," katanya.

Akan tetapi, muncul kesimpangsiuran. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menyatakan belum mengetahui ada perwakilan dari Beijing yang menelepon ke Washington. Padahal biasanya Kementerian Luar Negeri China rajin memberikan kabar terbaru soal friksi dagang dengan AS.


Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Hu Xijin, Editor harian Global Times yang terafiliasi dengan pemerintah. Menurutnya memang belum ada kontak di level pejabat tinggi.

"Sejauh yang saya tahu, negosiator tingkat tinggi AS dan China tidak mengadakan pembicaraan di telepon dalam beberapa hari ini. Kedua pihak terus berkomunikasi tetapi di tataran teknis yang mungkin tidak signifikan sampai harus disebut-sebut oleh Presiden Trump.

"China tidak akan mengubah posisinya. Kami tidak akan menyerah terhadap tekanan AS," tegas Hu.

Oleh karena itu, investor kembali bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah benar AS-China kembali menjalin komunikasi? Atau itu hanya klaim sepihak dari Trump?


Dilanda oleh ketidakpastian, pelaku pasar belum mau terlampau agresif dan masih memasang mode bermain aman. Akibatnya, yen Jepang melanjutkan penguatan sementara mata uang negara berkembang seperti rupiah terombang-ambing di lautan kegalauan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular