Takut Resesi! Harga Emas Melesat, Bakal ke US$ 2.000/Oz Nih?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
27 August 2019 09:16
Pergerakan harga emas dunia masih sangat terbatas seiring tingkat ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga emas dunia masih sangat terbatas seiring tingkat ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi. Harga emas juga masih bertengger di kisaran level tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Pada perdagangan hari Selasa (27/8/2019) pukul 09:00 WIB, harga emas kontrak pengiriman Desember di bursa New York Commodities Exchange (COMEX) naik tipis 0,07% ke level US$ 1.538,3/troy ounce (Rp 692.482/gram).


Adapun harga emas di pasar spot menguat 0,17% menjadi US$ 1.528,66/troy ounce (Rp 688.142/gram).

Di sesi perdagangan kemarin (26/8/2019), harga emas COMEX dan spot terkoreksi masing-masing sebesar 0,03% dan 0,01%.



Sentimen yang masih mewarnai pergerakan harga emas hingga hari ini adalah perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.

Sebagaimana yang telah diketahui, akhir pekan lalu eskalasi perang dagang semakin mendekat, bahkan sudah di depan mata.

China mengumumkan rencana peningkatan bea masuk sebesar 5-10% atas produk impor asal AS senilai US$ 75 miliar. Bea masuk ini mulai berlaku efektif dalam dua waktu, yaitu 1 September dan 15 Desember 2019.

Negeri Tirai Bambu juga akan kembali mengenakan bea masuk 25% terhadap mobil-mobil pabrikan AS, serta bea masuk 5% untuk komponennya mulai 15 Desember nanti.

Sebenarnya untuk mobil AS, China sudah pernah mengenakan bea masuk tersebut. Hanya saja pada bulan April silam, pemerintah setempat memutuskan untuk menghapusnya.

Selanjutnya Presiden AS, Donald Trump, juga melontarkan serangan balasan berupa kenaikan bea masuk produk China senilai US$ 250 miliar menjadi 30% (dari yang semula 25%) mulai 1 Oktober mendatang.

Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.

Namun setelah itu Trump mengatakan bahwa kedua negara akan mulai melanjutkan perundingan dagang dengan serius.

"China menelepon delegasi tingkat tinggi kami di bidang perdagangan tadi malam dan mengatakan 'mari kembali ke meja perundingan' sehingga kami akan melakukannya dan saya rasa mereka ingin melakukan sesuatu. Mereka telah sangat tersakiti namun mereka sadar bahwa inilah langkah yang tepat untuk dilakukan dan saya memiliki rasa hormat yang besar untuk itu. Ini adalah perkembangan yang sangat positif untuk dunia," kata Trump, dilansir dari CNBC International.

Akan tetapi pernyataan Trump dibantah oleh Pemimpin Redaksi Global Times, Hu Xinjin.

"Berdasarkan yang saya tahu, delegasi tingkat tinggi dari China dan AS tidak menggelar perbincangan melalui sambungan telepon dalam beberapa hari terakhir," tulis Hu melalui akun Twitternya.

Lebih lanjut, Hu menyebut bahwa komunikasi memang terjadi, namun pada level yang jauh lebih rendah, sehingga pernyataan yang dilontarkan oleh Trump tidaklah tepat.

"Kedua pihak telah menjaga komunikasi di level bawah (technical level), itu tidaklah memiliki signifikansi seperti yang dikesankan oleh Presiden Trump.

Hu pu menyebut bahwa China tak mengubah posisinya dalam hal perang dagang dengan AS.

"China tak mengubah posisinya. China tak akan tunduk kepada tekanan dari AS," kata Hu untuk menutup cuitannya.

Sebagai informasi, Global Times merupakan media yang berada di bawah naungan People's Daily. People's Daily sendiri merupakan koran yang dikendalikan oleh Partai Komunis China.

Harga Emas Tembus Rekor Baru dalam 6 Tahun
[Gambas:Video CNBC]

Karena terafiliasi dengan Partai Komunis China, komentar-komentar dari Hu amat dicermati oleh pelaku pasar.

Melihat perkembangan yang masih abu-abu ini, bermain pada aset berisiko seperti saham tentu bukan pilihan yang bijak. Alhasil pelaku pasar masih cenderung mempertahankan emas untuk dijadikan pelindung nilai (hedging).



(Asumsi kurs US$ 1=Rp 14.000)

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Emas, How High Can You Fly

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular