
Duh! Kemungkinan Resesi di AS Meningkat, Segera Lari ke Emas
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
26 August 2019 18:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Potensi terjadinya resesi di Amerika Serikat (AS) meningkat dan menjadi kekhawatiran besar bagi para pelaku pasar keuangan. Penyebab utama krisis adalah perang dagang yang belum kunjung selesai antara AS dan China.
Kepala Equity Strategy dari Standard Charterd Private Bank, Clive McDonnell, mengatakan probabilitas terjadinya resesi di AS dalam setahun ke depan meningkat, dari 2% menjadi 40%.
Panasnya perang dagang antara AS-China, sebagai dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia mendorong naiknya kemungkinan resesi di AS.
Seperti diketahui, akhir pekan lalu China telah mengumumkan bea masuk baru sekitar 5-10% atas produk impor asal AS senilai US$ 75 miliar. Untuk sebagian produk, bea masuk tersebut berlaku efektif mulai 1 September 2019. Selain itu ada pula beberapa produk yang bea masuknya batu akan berlaku per 15 Desember 2019.
Tak hanya itu, China juga kembali mengaktifkan bea masuk sebesar 25% terhadap mobil-mobil pabrikan AS, serta tarif 5% atas komponen mobil. Tarif tersebut mulai berlaku efektif pada 15 Desember 2019.
"Sebagai respons terhadap tindakan AS, China terpaksa mengambil langkah balasan," tulis pernyataan resmi pemerintah China, dilansir dari CNBC International.
Tidak perlu lama bagi Presiden AS, Donald Trump, untuk bereaksi terhadap langkah yang diambil Negeri Tirai Bambu.
Melalui cuitan di Twitter, Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%. Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.
"Kondisi yang terus berlarut ini menaikkan risiko bahwa AS akan jatuh ke dalam resesi. Saya pikir hal ini yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar saat ini," ujar McDonnell.
Di tengah ketidakpastian yang meningkat ini, McDonnell menyarankan kepada kliennya untuk menaruh uangnya ke emas. "Emas merupakan aset yang bertahan selama bertahun-tahun. Kenaikan harga emas yang terjadi merefleksikan meningkatnya ketidakpastian," ujarnya.
Menurutnya bila AS jatuh pada resesi, harga emas bisa menembus US$ 2.000/troy ounce, dari harga sekarang di kisaran US$ 1.500/troy ounce.
Simak video soal gejala resesi di AS:
[Gambas:Video CNBC]
(wed/dru) Next Article Sri Mulyani Buka Suara Soal Resesi AS, Bahayakah Bagi RI?
Kepala Equity Strategy dari Standard Charterd Private Bank, Clive McDonnell, mengatakan probabilitas terjadinya resesi di AS dalam setahun ke depan meningkat, dari 2% menjadi 40%.
Panasnya perang dagang antara AS-China, sebagai dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia mendorong naiknya kemungkinan resesi di AS.
Tak hanya itu, China juga kembali mengaktifkan bea masuk sebesar 25% terhadap mobil-mobil pabrikan AS, serta tarif 5% atas komponen mobil. Tarif tersebut mulai berlaku efektif pada 15 Desember 2019.
"Sebagai respons terhadap tindakan AS, China terpaksa mengambil langkah balasan," tulis pernyataan resmi pemerintah China, dilansir dari CNBC International.
Tidak perlu lama bagi Presiden AS, Donald Trump, untuk bereaksi terhadap langkah yang diambil Negeri Tirai Bambu.
Melalui cuitan di Twitter, Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%. Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.
"Kondisi yang terus berlarut ini menaikkan risiko bahwa AS akan jatuh ke dalam resesi. Saya pikir hal ini yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar saat ini," ujar McDonnell.
Di tengah ketidakpastian yang meningkat ini, McDonnell menyarankan kepada kliennya untuk menaruh uangnya ke emas. "Emas merupakan aset yang bertahan selama bertahun-tahun. Kenaikan harga emas yang terjadi merefleksikan meningkatnya ketidakpastian," ujarnya.
Menurutnya bila AS jatuh pada resesi, harga emas bisa menembus US$ 2.000/troy ounce, dari harga sekarang di kisaran US$ 1.500/troy ounce.
Simak video soal gejala resesi di AS:
[Gambas:Video CNBC]
(wed/dru) Next Article Sri Mulyani Buka Suara Soal Resesi AS, Bahayakah Bagi RI?
Most Popular