
BI Sebut Indonesia Masih Seksi Bagi Investor, Apa Iya?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 August 2019 11:35

Beralih ke pasar obligasi, ternyata pasar obligasi Indonesia juga masih seksi. Pada penutupan perdagangan hari Jumat (23/8/2019), imbal hasil (yield) obligasi Indonesia tenor 10 tahun berada di level 7,24%. Sementara itu, tingkat inflasi secara tahunan per Juli 2019 tercatat di level 3,32%. Ada selisih (spread) sebesar 392 basis poin (bps) antara yield dengan inflasi.
Sejatinya, spread tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan nilai pada tahun-tahun sebelumnya. Jika dirata-rata dalam periode 2015-2019, spread antara yield obligasi tenor 10 tahun dengan inflasi adalah sebesar 438 bps.
Tapi, jangan lupakan bahwa Indonesia telah diganjar kenaikan peringkat (rating) surat utang dalam beberapa waktu terakhir. Pada akhir 2017, lembaga pemeringkat kenamaan dunia Fitch Ratings menaikkan peringkat surat utang jangka panjang Indonesia dari BBB- menjadi BBB, menjadikan Indonesia setara dengan Filipina dan Portugal yang telah lebih dulu mendapatkan kenaikan peringkat ke BBB pada pertengahan Desember 2017.
Kemudian pada April 2018, Moody’s memutuskan untuk mengerek peringkat surat utang jangka panjang Indonesia sebanyak 1 tingkat ke level Baa2, dari yang sebelumnya Baa3. Dalam keterangannya tertulisnya, Moody's menyebut bahwa kebijakan fiskal dan moneter yang prudent serta ketahanan sektor finansial membuatnya pihaknya yakin bahwa Indonesia memiliki modal yang cukup dalam menghadapi guncangan-guncangan yang mungkin terjadi.
Teranyar, menjelang libur panjang Idul Fitri tahun 2019, Standard and Poor's (S&P) ikut memutuskan untuk menaikkan peringkat surat utang jangka panjang Indonesia.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya.
Dalam laporannya, S&P menulis bahwa perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekannya di tingkat pendapatan yang sama. Pertumbuhan riil Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai 4,1% (rata-rata tertimbang 10 tahun), sedangkan negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama rata-rata hanya tumbuh 2,2%. Menurut lembaga yang bermarkas di New York, Amerika Serikat (AS) tersebut, hal itu merupakan sebuah prestasi yang mengesankan.
Terus membaiknya peringkat surat utang Indonesia merefleksikan menurunnya risiko yang ditanggung investor ketika memegangnya. Akibatnya, hal tersebut menjustifikasi menipisnya spread antara yield obligasi tenor 10 tahun dengan inflasi.
Kedepannya, pasar obligasi Indonesia rasanya akan tetap menarik jika mengingat inflasi justru diproyeksikan melandai. Untuk tahun 2019, pemerintah menargetkan inflasi berada di level 3,1%. Untuk tahun depan, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, inflasi dipatok di level 3,1%, atau sama dengan outlook untuk tahun ini.
BERALIH KE HALAMAN 3 -> Fundamental Rupiah Sedang Oke (ank/gus)
Sejatinya, spread tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan nilai pada tahun-tahun sebelumnya. Jika dirata-rata dalam periode 2015-2019, spread antara yield obligasi tenor 10 tahun dengan inflasi adalah sebesar 438 bps.
Tapi, jangan lupakan bahwa Indonesia telah diganjar kenaikan peringkat (rating) surat utang dalam beberapa waktu terakhir. Pada akhir 2017, lembaga pemeringkat kenamaan dunia Fitch Ratings menaikkan peringkat surat utang jangka panjang Indonesia dari BBB- menjadi BBB, menjadikan Indonesia setara dengan Filipina dan Portugal yang telah lebih dulu mendapatkan kenaikan peringkat ke BBB pada pertengahan Desember 2017.
Teranyar, menjelang libur panjang Idul Fitri tahun 2019, Standard and Poor's (S&P) ikut memutuskan untuk menaikkan peringkat surat utang jangka panjang Indonesia.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya.
Dalam laporannya, S&P menulis bahwa perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekannya di tingkat pendapatan yang sama. Pertumbuhan riil Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai 4,1% (rata-rata tertimbang 10 tahun), sedangkan negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama rata-rata hanya tumbuh 2,2%. Menurut lembaga yang bermarkas di New York, Amerika Serikat (AS) tersebut, hal itu merupakan sebuah prestasi yang mengesankan.
Terus membaiknya peringkat surat utang Indonesia merefleksikan menurunnya risiko yang ditanggung investor ketika memegangnya. Akibatnya, hal tersebut menjustifikasi menipisnya spread antara yield obligasi tenor 10 tahun dengan inflasi.
Kedepannya, pasar obligasi Indonesia rasanya akan tetap menarik jika mengingat inflasi justru diproyeksikan melandai. Untuk tahun 2019, pemerintah menargetkan inflasi berada di level 3,1%. Untuk tahun depan, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, inflasi dipatok di level 3,1%, atau sama dengan outlook untuk tahun ini.
BERALIH KE HALAMAN 3 -> Fundamental Rupiah Sedang Oke (ank/gus)
Next Page
Fundamental Rupiah Sedang Oke
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular