
Yuan Melemah Lagi, Haruskah RI Khawatir?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 August 2019 17:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yuan China kembali melemah terhadap rupiah pada perdagangan hari ini. Depresiasi yuan sudah terjadi selama tiga hari beruntun.
Pada perdagangan Jumat (23/8/2019) pukul 17:22 WIB, yuan berada di Rp 2.006,13. Ini adalah titik terlemah yuan dalam dua tahun terakhir melawan rupiah.
Tidak hanya melawan rupiah, yuan juga melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang yang juga disebut renminbi ini menyentuh CNY 7,0983/US$, terlemah sejak 13 Maret 2008.
Bank Indonesia (BI) saat mengumumkan suku bunga Kamis kemarin juga sempat mengomentari pelemahan yuan. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) tidak menggunakan mata uangnya untuk perang dagang. Perry melihat depresiasi yuan yang dilakukan PBoC belakangan ini tidak terlalu signifikan.
Meski demikian, tetap saja pelemahan yuan bukan kabar bagus bagi Indonesia. Produk made in China menjadi lebih murah sehingga membuat permintaannya berpotensi meningkat. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan ekspor, maka neraca dagang Indonesia bisa mengalami pembengkakan defisit.
"Daya saing mereka untuk ekspor semakin meningkat. Semakin banyak yang diekspor ke Indonesia," kata Benny Soetrisno, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan, beberapa waktu lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Rupiah Tekan Yuan Hingga ke Level Terendah 3 Bulan Rp 2.084
Pada perdagangan Jumat (23/8/2019) pukul 17:22 WIB, yuan berada di Rp 2.006,13. Ini adalah titik terlemah yuan dalam dua tahun terakhir melawan rupiah.
Tidak hanya melawan rupiah, yuan juga melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang yang juga disebut renminbi ini menyentuh CNY 7,0983/US$, terlemah sejak 13 Maret 2008.
Bank Indonesia (BI) saat mengumumkan suku bunga Kamis kemarin juga sempat mengomentari pelemahan yuan. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) tidak menggunakan mata uangnya untuk perang dagang. Perry melihat depresiasi yuan yang dilakukan PBoC belakangan ini tidak terlalu signifikan.
Meski demikian, tetap saja pelemahan yuan bukan kabar bagus bagi Indonesia. Produk made in China menjadi lebih murah sehingga membuat permintaannya berpotensi meningkat. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan ekspor, maka neraca dagang Indonesia bisa mengalami pembengkakan defisit.
"Daya saing mereka untuk ekspor semakin meningkat. Semakin banyak yang diekspor ke Indonesia," kata Benny Soetrisno, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan, beberapa waktu lalu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Rupiah Tekan Yuan Hingga ke Level Terendah 3 Bulan Rp 2.084
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular