Catat! Kalau Lewati US$ 1.508/Oz, Harga Emas Siap Terbang

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 August 2019 06:15
Pertemuan tersebut dihadiri pimpinan bank sentral dari belahan dunia, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi dunia finansial.
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia tak bisa bergerak banyak pada perdagangan kemarin, naik turun di rentang US$1.496-1.508/troy ounce.

Pelaku pasar menanti pertemuan tahunan Jackson Hole di Amerika Serikat (AS) yang akan dimulai kemarin malam waktu Indonesia. Pertemuan tersebut dihadiri pimpinan bank sentral dari belahan dunia, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi dunia finansial.

Acara yang akan diselenggarakan selama tiga hari mulai Kamis waktu setempat ini menjadi perhatian karena di situ akan muncul beberapa pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dan juga bank sentral seluruh dunia.

Mengantisipasi pertemuan tersebut, harga emas bergerak pada rentang US$ 1.496-1.508 masih menjadi rentang pergerakan potensial emas.
Foto: CNBC Indonesia

Secara teknikal, selama belum menembus salah satu level tersebut, emas cenderung akan bolak-balik saja. Dimana hingga tengah hari kemarin harga emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.501,78/troy ons, berdasarkan data Refinitiv.

Belum ada perubahan signifikan pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), tetapi masih di atas MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau).

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram sudah memasuki area negatif, memberikan gambaran momentum penguatan yang mulai memudar.
Foto: CNBC Indonesia

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8 dan MA 21, dan MA 125. Indikator stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold).

Harga emas bergerak dekat level psikologis US$ 1.500, jika bergerak di bawah level tersebut secara konsisten, logam mulia ini berpeluang turun ke US$ 1.496. Penebusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke area US$ 1.490

Jika bertahan di atas level US$ 1.500, emas berpeluang menguat ke area US$ 1.504 sampai US$ 1.508. Namun jika mampu tembus di atas US$ 1.508, dapat membawa harga emas naik lebih lanjut dengan target terdekat menuju US$ 1.515.



Menyikapi pertemuan Jakson Hole, pelaku pasar berspekulasi jika The Fed akan memangkas suku bunga secara agresif di tahun ini.

Namun sejauh ini, notula rapat kebijakan moneter The Fed yang dirilis dini hari tadi juga menunjukkan The Fed tidak terlalu dovish di bulan Juli lalu saat memangkas suku bunga 25 basis poin (bps).

Dalam notula tersebut, para anggota pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) sepakat bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps bukanlah indikasi awal dari era pemangkasan suku bunga.

Pasca rilis tersebut, probabilitas pemangkasan suku bunga oleh The Fed sedikit berubah. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group pagi ini, pelaku pasar melihat Jerome Powell dkk tetap memangkas suku bunga pada September dengan probabilitas sebesar 98,1% untuk pemangkasan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2%.


Namun untuk Desember, probabilitas suku bunga 1,5%-1,75% kini menjadi yang tertinggi, sebesar 45%, padahal sebelumnya suku bunga di kisaran 1,25%-1,5% menjadi yang tertinggi.

Ini berarti pelaku pasar melihat The Fed berpeluang memangkas suku bunga sebanyak dua kali lagi di tahun ini, dan bukannya tiga kali, sehingga memudarkan ekspektasi kenaikan harga bagi harga emas secara signifikan hingga akhir tahun.

Namun, risalah rapat pada Juli dan berbagai kejadian dalam rentang waktu sebulan terbukti memperburuk sentimen pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi global. Kurva inversi yield obligasi AS (US Treasury) salah satunya. Inversi tersebut menandakan para pelaku pasar melihat perekonomian AS akan mengalami resesi dalam rentang 2 tahun ke depan.

Dalam rentang waktu satu bulan sejak suku bunga dipangkas, Jerome Powell dkk belum menyinggung lagi masalah kebijakan moneter, sehingga pelaku pasar melihat pertemuan Jackson Hole sebagai kesempatan melihat outlook kebijakan moneter The Fed.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo perang dagang AS-China memberikan tekanan pada ekonomi dunia. Ini menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.

"Ketidakpastian pasar keuangan global juga berlanjut dan mendorong pergeseran penempatan dana global ke aset yang dianggap aman seperti obligasi pemerintah AS dan Jepang, serta komoditas emas," jelas Perry.

Dinamika ekonomi global tersebut perlu dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal. Hal tersebut menjadi faktor kenapa harga emas belakangan terus meningkat.
(hps) Next Article Emas, How High Can You Fly

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular