Dua Bank Sentral Ini Bikin Rupiah Melemah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 August 2019 11:25
Dua Bank Sentral Ini Bikin Rupiah Melemah!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berbalik melemah di perdagangan pasar spot. Pelemahan rupiah sepertinya erat hubungannya dengan bank sentral. 

Pada Kamis (22/8/2019) pukul 11:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.240. Rupiah melemah 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah masih bisa menguat 0,11%. Namun selepas itu rupiah bergerak labil. Sempat stagnan di Rp 14.235/US$, rupiah kini melemah. 


Rupiah senasib dengan mata uang utama Asia lainnya, yang mayoritas melemah di hadapan dolar AS. Hanya dolar Hong Kong dan yen Jepang yang masih bisa menguat. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 11:08 WIB: 

 

Investor di Asia dibuat bermain aman karena menunggu berita dari AS. Pada 22-24 Agustus waktu setempat, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menggelar simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming. 

Pelaku pasar menantikan acara ini karena ingin mencari tahu arah kebijakan moneter AS ke depan. Jika Ketua Jerome 'Jay' Powell menunjukkan sikap yang kalem (dovish) dan mengisyaratkan penurunan suku bunga lebih lanjut, maka dolar AS berpeluang melemah karena. Sebaliknya jika Powell sedikit saja menunjukkan sikap hawkish, maka dolar AS akan mendapatkan kekuatan. 

Saat ini, pelaku pasar yakin Powell dan kolega akan kembali menurunkan suku bunga acuan bulan depan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) ke 1,75-2% mencapai 98,1%. Kemudian suku bunga acuan Negeri Paman Sam diperkirakan turun lagi 25 bps pada Oktober. Kemungkinannya mencapai 67,1%. 


Namun itu adalah peluang di atas kertas. Perhitungan bisa saja berubah dengan pernyataan Powell di Jackson Hole. 

Oleh karena itu, pelaku pasar memilih bermain aman dulu sambil menunggu 'arahan' dari Powell. Akibatnya, mayoritas mata uang Asia berkubang di zona merah. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Bagi rupiah, faktor domestik juga mempengaruhi dan lagi-lagi terkait dengan bank sentral. Siang nanti, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan suku bunga acuan setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari. 

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada bulan ini. Akan tetapi, empat dari 13 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 bps ke 5,5%. Memang minoritas, tetapi tidak bisa dinafikan begitu saja. 




Kemudian, hari ini juga merupakan RDG dengan cakupan triwulanan. Gubernur Perry Warjiyo akan mengumumkan pembacaan terhadap ekonomi kuartal II-2019 dan proyeksi untuk keseluruhan tahun. 

Saat ini, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2019 berada di batas tengah-bawah kisaran 5-5,4%. Apabila ada perubahan posisi, maka bisa menjadi sentimen penggerak pasar yang menentukan nasib rupiah.

Baca: BI: Jika Bunga Tak Turun, Ekonomi RI Tumbuh di Bawah 5,2%!

Sembari menunggu pengumuman dari MH Thamrin, bisa saja investor memilih bermain aman. Jangan agresif dulu, lihat dulu ke mana arah angin bertiup.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular