Kenapa Bank di RI Begitu Seksi Dicaplok Sana-sini?

tahir saleh, CNBC Indonesia
22 August 2019 11:24
Sektor perbankan dinilai masih sangat menggiurkan karena memberikan keuntungan tinggi.
Foto: Bank (Designed by Freepik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor perbankan dinilai masih sangat menggiurkan karena memberikan keuntungan tinggi sehingga aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A) di sektor ini marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Kali ini, publik perbankan juga disuguhkan dengan berita bahwa PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) akan mendapatkan pemegang saham baru setelah bankir Jerry Ng dan Patrick Walujo yang dikenal kerap terlibat dalam M&A akan menguasai 51% saham Bank Artos.

Menurut Senior Vice President PT Royal Investium Sekuritas, Janson Nasrial, perbankan di Indonesia menjadi salah satu yang memiliki margin bunga bersih (net interest margin/NIM) terbesar di dunia.


Demikian pula dengan rasio keuangan lain seperti rasio pengembalian ekuitas (ROE, return on equity) dan pengembalian aset (ROA, return on asset).

"Di global, industri perbankan memiliki tingkat ROE dan ROA terbesar di seluruh dunia [dibanding sektor lain], NIM juga, selisihnya besar, antara bunga yang dipinjamkan dengan bunga yang diberikan, margin bisa 50%," kata Jansen dalam talkshow di CNBC Indonesia, Kamis (22/8/2019).

"...jadi mengundang antusias investor luar untuk akuisisi bank kecil, khususnya bank BUKU I [bank dengan modal inti di bawah Rp 1 triliun]," katanya lagi.

Selain itu, katanya, dalam M&A juga dilihat besaran tingkat nilai buku perusahaan atau price to book value (PBV). Menurut dia, nilai PBV bank yang paling besar ialah sekitar 4 kali, sementara biasanya nilai PBV bank calon diakuisisi berkisar antara 2 hingga 2,5 kali.

PBV ini adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang memiliki rasio PBV besar, memiliki valuasi yang tinggi (
overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah alias undervalue.


"PBV biasanya 2-2,5 kali, paling tinggi 2,5 kali [yang diincar untuk diakuisisi]. Kita juga harus lihat PBV emiten bank tersebut pada saat akuisisi, ada di berapa, PBV maksimum 3 kali itu sudah mentok. Biasanya nilai buku paling mahal 4 kali itu pun [sekelas] Bank BCA, [kalau PBV] lebih dari itu, yah sudah lebih, upsize-nya terbatas."

Sebagai perbandingan, data Tim Riset CNBC Indonesia mencatat NIM dari tiga lembaga keuangan/bank besar di Jepang yakni Sumitomo Mitsui Financial Group, Mizuho, dan MUFG Bank per Juli 2017 adalah di bawah 1%.

Adapun pada kuartal-I 2018, NIM perbankan Korea Selatan tercatat hanya sebesar 1,58%. Khusus untuk Shinhan Bank, NIM periode kuartal-II 2018 tercatat sebesar 1,63%.

Bandingkan dengan Indonesia. Mengutip Statistik Perbankan Indonesia per April 2019, NIM bank umum konvensional berada di level 4,87%, kendati memang mulai turun dibandingkan dengan April 2018 di level 5,07%.


Simak ulasan saham perbankan.

[Gambas:Video CNBC]

(dru) Next Article Kabar Mau Diakuisisi, Saham Bank Artos Disuspensi (Lagi)

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular