BCA Masih Bidik Akuisisi 1 Bank Lagi, Bukan Bank Artos!
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
21 August 2019 17:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menegaskan belum ada pembicaraan dengan PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) terkait dengan rencana akuisisi. Kendati demikian, saham Bank Artos pada penutupan perdagangan Rabu ini (21/8/2019) meroket hampir 25%.
Dalam Rencana Bisnis Bank (RBB), BCA memang berencana mengakuisisi dua bank dan baru terealisasi satu bank yakni PT Bank Royal Indonesia.
BCA sebelumnya mengumumkan secara resmi akuisisi Bank Royal pada 16 April 2019. BCA dan anak usahanya BCA Finance mengakuisisi seluruh saham Bank Royal dari PT Royalindo Investa Wijaya, Leslie Soemadi, Ibrahim Soemadi, Nevin Soemadi dan Ko, Sugiarto. Nilai transaksi akuisisi Bank Royal mencapai Rp 1,007 triliun dan transaksi ini tidak termasuk dalam transaksi material.
"Kalau enggak salah, Bank Artos udah denied [menolak], udah bilang enggak ya," tegas Direktur BCA Rudy Susanto, usai paparan publik di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (21/8/2019).
"Kami belum ada pembicaraan," tegasnya.
Rudy menjelaskan dalam RBB sudah dimasukkan rencana akuisisi dua bank sehingga perseroan terus mencari bank lainnya.
"Kalau policy dari OJK ini masih harus kami bisa kuasai majority, maka itu kami ajukan dua bank, supaya kami bisa miliki secara majority, kami masih cari satu bank lagi yang kecil, untuk di merge ke bank royal, kalau mau kontrol majority ini harus dua bank jadi satu," kata Rudy.
Dia menjelaskan bank hasil merger akan fokus pada bisnis digital, termasuk menyalurkan pinjaman online.
"Karena kami akan fokus, di virtual bank only yang kami akan coba kemungkinan awal-awal investment besar sekali. Profitability kami enggak tahu berapa lama, tapi kami enggak mungkin rugikan orang. Tetap kami cari yang size pas harganya tepat," jelasnya.
Terkait dengan ekspansi kredit, Rudy Susanto mengatakan dalam situasi perlambatan ekonomi seperti saat ini, perseroan tidak bisa menggenjot pertumbuhan penyaluran kredit seperti 2018. Dari sisi likuiditas, BCA masih punya ruang untuk menyalurkan kredit.
"LDR [loan to deposit ratio] BCA 80%, strateginya bukan rem kredit. Ini situasi kita belum bisa mengejar kredit secara cepat karena kondisi ekonomi global jelek, otomatis kita enggak bisa kejar kredit seperti tahun lalu 12%-14%," kata Rudy.
Rudy memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2019 lebih kecil dibandingkan 2018. BCA juga tidak akan menggenjot penyaluran kredit korporasi melalui sindikasi.
(tas) Next Article Jerry Ng Resmi Caplok 37,65% Saham Bank Artos Rp 179 M
Dalam Rencana Bisnis Bank (RBB), BCA memang berencana mengakuisisi dua bank dan baru terealisasi satu bank yakni PT Bank Royal Indonesia.
BCA sebelumnya mengumumkan secara resmi akuisisi Bank Royal pada 16 April 2019. BCA dan anak usahanya BCA Finance mengakuisisi seluruh saham Bank Royal dari PT Royalindo Investa Wijaya, Leslie Soemadi, Ibrahim Soemadi, Nevin Soemadi dan Ko, Sugiarto. Nilai transaksi akuisisi Bank Royal mencapai Rp 1,007 triliun dan transaksi ini tidak termasuk dalam transaksi material.
"Kalau enggak salah, Bank Artos udah denied [menolak], udah bilang enggak ya," tegas Direktur BCA Rudy Susanto, usai paparan publik di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (21/8/2019).
"Kami belum ada pembicaraan," tegasnya.
Rudy menjelaskan dalam RBB sudah dimasukkan rencana akuisisi dua bank sehingga perseroan terus mencari bank lainnya.
"Kalau policy dari OJK ini masih harus kami bisa kuasai majority, maka itu kami ajukan dua bank, supaya kami bisa miliki secara majority, kami masih cari satu bank lagi yang kecil, untuk di merge ke bank royal, kalau mau kontrol majority ini harus dua bank jadi satu," kata Rudy.
Dia menjelaskan bank hasil merger akan fokus pada bisnis digital, termasuk menyalurkan pinjaman online.
"Karena kami akan fokus, di virtual bank only yang kami akan coba kemungkinan awal-awal investment besar sekali. Profitability kami enggak tahu berapa lama, tapi kami enggak mungkin rugikan orang. Tetap kami cari yang size pas harganya tepat," jelasnya.
Terkait dengan ekspansi kredit, Rudy Susanto mengatakan dalam situasi perlambatan ekonomi seperti saat ini, perseroan tidak bisa menggenjot pertumbuhan penyaluran kredit seperti 2018. Dari sisi likuiditas, BCA masih punya ruang untuk menyalurkan kredit.
"LDR [loan to deposit ratio] BCA 80%, strateginya bukan rem kredit. Ini situasi kita belum bisa mengejar kredit secara cepat karena kondisi ekonomi global jelek, otomatis kita enggak bisa kejar kredit seperti tahun lalu 12%-14%," kata Rudy.
Rudy memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2019 lebih kecil dibandingkan 2018. BCA juga tidak akan menggenjot penyaluran kredit korporasi melalui sindikasi.
"Kita tidak pernah kejar target [penyaluran kredit] sindikasi berapa besar. Sindikasi hanya sarana untuk memberikan pinjaman tepat ke nasabah, biasanya jumlahnya besar, tenor panjang. Kami enggak terlalu targetkan," tambah Rudy.
Hingga semester I-2019, BCA sudah mencatatkan laba bersih Rp 12,9 triliun. Angka ini meningkat 12,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 11,4 triliun.
Kinerja keuangan yang kinclong ini ditopang oleh pendapatan bersih dan pendapatan bunga operasional. Pendapatan bunga bersih meningkat 13,1% menjadi RP 24,6 triliun. Sementara pendapatan operasional meningkat 16,1% jadi Rp 34,2 triliun.
BCA wujudkan kerja sama dengan Wechat dan Alipay.
[Gambas:Video CNBC]
Hingga semester I-2019, BCA sudah mencatatkan laba bersih Rp 12,9 triliun. Angka ini meningkat 12,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 11,4 triliun.
Kinerja keuangan yang kinclong ini ditopang oleh pendapatan bersih dan pendapatan bunga operasional. Pendapatan bunga bersih meningkat 13,1% menjadi RP 24,6 triliun. Sementara pendapatan operasional meningkat 16,1% jadi Rp 34,2 triliun.
BCA wujudkan kerja sama dengan Wechat dan Alipay.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Jerry Ng Resmi Caplok 37,65% Saham Bank Artos Rp 179 M
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular