
Rupiah Oh Rupiah, Kemarin Stagnan Hari Ini Melemah...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 August 2019 16:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah tidak pernah menyentuh zona hijau, posisi terbaiknya adalah netral.
Pada Selasa (20/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.260 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah stagnan di Rp 14.230. Ini adalah posisi terbaik rupiah, karena selepas itu rupiah terjebak di zona merah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Tidak hanya rupiah, sejumlah mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Namun dengan depresiasi 0,21%, rupiah menjadi mata uang terlemah ketiga di Asia, hanya lebih baik ketimbang rupee India dan yuan China.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:06 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Faktor domestik dan eksternal agak kurang suportif bagi rupiah. Dari dalam negeri, investor wait and see menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) untuk menentukan suku bunga acuan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada bulan ini. Namun, empat dari 12 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 basis poin (bps) ke 5,5%. Memang minoritas, tetapi tidak bisa dinafikan begitu saja.
Menarik untuk melihat hasil keputusan Gubernur Perry Warijyo dan kawan-kawan. Pasalnya, bulan ini tidak ada rapat Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve, yaitu Federal Open Market Committee (FOMC). Artinya, tidak ada hasil rapat FOMC yang bisa dijadikan pegangan, BI kini seorang diri.
Jika BI memutuskan menurunkan suku bunga acuan pada Kamis ini, maka MH Thamrin boleh dibilang ahead of the curve. Pasalnya, The Fed diperkirakan baru menurunkan suku bunga acuan pada September.
Berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps ke 1,75-2% mencapai 95%. BI mencuri start kalau berani menurunkan suku bunga besok lusa.
Namun kalau BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan, seperti ekspektasi pasar, maka dapat dipahami. Bagaimana pun bermain aman itu perlu, jangan sampai salah langkah karena ada risiko seperti perang dagang AS-China, ancaman resesi, dan sebagainya. Jangan-jangan menurunkan suku bunga acuan bisa membuat pasar keuangan Indonesia menjadi kurang seksi sehingga rupiah bakal melemah.
Penantian terhadap RDG BI membuat pelaku pasar enggan bermain agresif. Rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini mengalami tekanan jual.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Sementara dari sisi eksternal, investor juga menanti sesuatu terkait bank sentral. Pada 22-24 Agustus, The Fed akan menggelar simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming.
Pertemuan ini sangat dinanti oleh pelaku pasar, yang sedang mencari petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam. Mengutip CME Fedwatch, selepas September diperkirakan ada penurunan suku bunga acuan lagi pada Oktober. Peluang penurunan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Oktober adalah 76,2%.
Namun siapa tahu ada petunjuk dari Powell di Jackson Hole. Kalau ada pernyataan yang kuat dari sang pengganti Janet Yellen, maka bisa saja peta permainan akan berubah.
Selain itu, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dunia semakin nyata. Inflasi tingkat produsen di Jerman pada Juli tercatat 1,1% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,2% dan merupakan laju terlemah sejak Desember 2016. Pertanda bahwa dunia usaha di Jerman ragu-ragu menaikkan harga karena khawatir mengganggu daya beli masyarakat.
Data dari Negeri Panser semakin memberi gambaran bahwa perlambatan ekonomi global adalah risiko yang ada di depan mata. Jika tidak ada perbaikan, misalnya AS-China terus gontok-gontokan, maka perlambatan ekonomi global bukan tidak mungkin berujung kepada resesi.
Oleh karena itu, investor pun makin yakin untuk bermain aman. Saat investor bermain aman, jangan harap arus modal membanjiri Indonesia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (20/8/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.260 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kala pembukaan pasar, rupiah stagnan di Rp 14.230. Ini adalah posisi terbaik rupiah, karena selepas itu rupiah terjebak di zona merah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Tidak hanya rupiah, sejumlah mata uang utama Asia juga melemah di hadapan dolar AS. Namun dengan depresiasi 0,21%, rupiah menjadi mata uang terlemah ketiga di Asia, hanya lebih baik ketimbang rupee India dan yuan China.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:06 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Faktor domestik dan eksternal agak kurang suportif bagi rupiah. Dari dalam negeri, investor wait and see menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) untuk menentukan suku bunga acuan.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada bulan ini. Namun, empat dari 12 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate turun 25 basis poin (bps) ke 5,5%. Memang minoritas, tetapi tidak bisa dinafikan begitu saja.
Menarik untuk melihat hasil keputusan Gubernur Perry Warijyo dan kawan-kawan. Pasalnya, bulan ini tidak ada rapat Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve, yaitu Federal Open Market Committee (FOMC). Artinya, tidak ada hasil rapat FOMC yang bisa dijadikan pegangan, BI kini seorang diri.
Jika BI memutuskan menurunkan suku bunga acuan pada Kamis ini, maka MH Thamrin boleh dibilang ahead of the curve. Pasalnya, The Fed diperkirakan baru menurunkan suku bunga acuan pada September.
Berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps ke 1,75-2% mencapai 95%. BI mencuri start kalau berani menurunkan suku bunga besok lusa.
Namun kalau BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan, seperti ekspektasi pasar, maka dapat dipahami. Bagaimana pun bermain aman itu perlu, jangan sampai salah langkah karena ada risiko seperti perang dagang AS-China, ancaman resesi, dan sebagainya. Jangan-jangan menurunkan suku bunga acuan bisa membuat pasar keuangan Indonesia menjadi kurang seksi sehingga rupiah bakal melemah.
Penantian terhadap RDG BI membuat pelaku pasar enggan bermain agresif. Rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini mengalami tekanan jual.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Sementara dari sisi eksternal, investor juga menanti sesuatu terkait bank sentral. Pada 22-24 Agustus, The Fed akan menggelar simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming.
Pertemuan ini sangat dinanti oleh pelaku pasar, yang sedang mencari petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga acuan di Negeri Paman Sam. Mengutip CME Fedwatch, selepas September diperkirakan ada penurunan suku bunga acuan lagi pada Oktober. Peluang penurunan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada Oktober adalah 76,2%.
Namun siapa tahu ada petunjuk dari Powell di Jackson Hole. Kalau ada pernyataan yang kuat dari sang pengganti Janet Yellen, maka bisa saja peta permainan akan berubah.
Selain itu, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi dunia semakin nyata. Inflasi tingkat produsen di Jerman pada Juli tercatat 1,1% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,2% dan merupakan laju terlemah sejak Desember 2016. Pertanda bahwa dunia usaha di Jerman ragu-ragu menaikkan harga karena khawatir mengganggu daya beli masyarakat.
Data dari Negeri Panser semakin memberi gambaran bahwa perlambatan ekonomi global adalah risiko yang ada di depan mata. Jika tidak ada perbaikan, misalnya AS-China terus gontok-gontokan, maka perlambatan ekonomi global bukan tidak mungkin berujung kepada resesi.
Oleh karena itu, investor pun makin yakin untuk bermain aman. Saat investor bermain aman, jangan harap arus modal membanjiri Indonesia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular